Jika Anda berkesempatan pergi ke Malang, pastikan untuk mampir ke wisata petik jeruk di Desa Selorejo, Kecamatan Dau. Jeruk-jeruk varietas keprok batu 55 hingga jeruk baby menjadi andalan di sini. Rasanya manis dan kaya air serta serat yang sedikit.
Bukan cuma jeruk yang rasanya manis, ratusan petani di sini sudah sejak dulu merasakan manisnya panen jeruk yang dikirim ke berbagai wilayah Indonesia. Hingga tak heran ketika masuk ke desa ini, rumah-rumah modern bertingkat dua menjadi hal yang biasa dan merupakan tanda bahwa kehidupan petani di sini amatlah sejahtera.
"Per tahun perputaran uang di tahun 2020 kita kelola capai hampir Rp 2 M itu dari semua unit jadi kita ada perkebunan, pengelolaan sampah, dan lain-lain," jelas Ketua BUMDes Dewarejo, Desa Selorejo, Edi Sumarno kepada detikcom beberapa waktu lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Edi mencatat dari puluhan petani yang berada di bawah BUMDes rata-rata mendapatkan keuntungan hingga Rp 50 juta lebih per tahun, itu untuk varietas jeruk kualitas paling bawah yaitu jeruk manis.
"Misalnya luas lahan 2.000 m bisa memerlukan modal per tahun Rp 20 juta kalau itu varietas jeruk manis yang harganya ringan. Dari situ bisa menghasilkan panen jeruk senilai Rp 50 juta.," kata Edi lagi.
Lebih lanjut, Edi menyebut setidaknya sekitar 70 ton jeruk dihasilkan oleh petani yang berada di bawah naungan BUMDes dengan varietas beragam, seperti jeruk keprok, jeruk siam malang, jeruk manis, jeruk baby dan sebagainya.
Kendati untungnya panen begitu menggiurkan, Edi menjelaskan bahwa masa tunggu panen jeruk sekali tanam itu memakan waktu yang lama. Ditanam 3-4 tahun baru bisa berbuah di bulan ke-9.
"Kalau dilihat dari luar kelihatannya enak tapi itu nunggunya yang lama. Beda sama karyawan tiap bulan dapat gaji tapi petani jeruk setahun sekali," tandasnya.
Kendati demikian, soal urusan perbankan petani jeruk Desa Selorejo sudah semakin nyaman dengan hadirnya BUMDes yang sekaligus merangkap sebagai BRILink.
"Kita ada kerja sama dengan BRI mempermudah mereka pinjam modal melalui kita dan proses mudah, dapat mudah kalau biasanya itu harus ke kantor sekarang cukup di sini," ucapnya lagi.
Samin (32), petani jeruk pun mengatakan hal yang sama. Petani yang sejak SMP ini ikut ayahnya bertani kerap kali memanfaatkan pinjaman KUR BRI untuk memperluas kebun jeruk miliknya.
"Dari panen jeruk saya sudah beli sepeda motor. Saya sudah pernah 50 juta waktu itu untuk 600 pohon untuk perawatan, beli pupuk kandang, obat, dan bayar orang yang motong-motong itu juga. Bermanfaat sekali terasa perputaran ekonominya," cerita dia.
![]() |
Selain menghadirkan BRILink, BRI juga memberikan CSR berupa pemugaran kantor BUMDes hingga menyediakan hanggar untuk menampung panen jeruk petani. Kisah petani jeruk ini menjadi satu dari kumpulan kisah dalam program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia.
Program Jelajah UMKM mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, Ikuti terus jelajah UMKM bersama BRI hanya di detik.com/tag/jelajahumkmbri.
(mul/ega)