Keluarga Raja Arab Saudi, Raja Salman bin Abdul Aziz Al-Saud menjadi salah satu keluarga kerajaan terkaya di dunia. Bahkan, kekayaan mereka melebihi kekayaan keluarga kerajaan Inggris yang senilai US$ 88 miliar setara Rp 1.232 triliun (kurs Rp 14.000/US$).
Sedangkan, keluarga itu disebut-sebut memiliki total kekayaan mencapai US$ 1,5 triliun setara Rp 21.000 triliun. Jumlah yang cukup fantastis bukan? Lalu, dari mana saja sumber kekayaan keluarga kerajaan yang menguasai negara Petrodollar tersebut?
Dikutip dari The Richest, Sabtu (13/3/2021), sumber kekayaan keluarga Raja Salman sangat beragam. Namun, pendapatan utama kekaisaran itu berasal dari minyak. Sebagaimana diketahui, keluarga kerajaan ini mengontrol perusahaan minyak milik negara bernama Saudi Aramco.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perusahaan itu memiliki cadangan minyak mentah terbanyak kedua dan penghasil minyak harian terbesar di dunia. Inilah yang membuat keluarga Raja Salman kaya melintir sampai 7 turunan.
Kepemilikan aset terbaik kekaisaran ini adalah milik Raja Salman bin Abdul Aziz Al-Saud, pewarisnya dan Putra Mahkota, Mohammad bin Salman, dan keponakannya Pangeran Alwaleed bin Talal.
Dikutip dari Economic Times, Aramco ditemukan oleh Standard Oil Company milik keluarga Rockefeller pada tahun 1938. Awalnya perusahaan dinamakan Perusahaan Minyak Amerika Arab dan produksi minyak mentahnya mencapai 500,00 bpd pada tahun 1949.
Pada 1980, pemerintah Saudi membeli semua pemegang saham asli dan memiliki 100% saham perusahaan. Delapan tahun kemudian, Perusahaan Minyak Arab Saudi (Saudi Arabian Oil Co/Saudi Aramco) secara resmi didirikan.
Banyaknya cadangan minyak perusahaan menjamin kemakmuran di Arab Saudi. Kerajaan bahkan menjadi pemimpin de facto dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan turut mengendalikan pergerakan di pasar minyak dunia.
Putra Mahkota Mohammed bin Salman ingin mendiversifikasi pendapatan Saudi dari minyak. Pada 2016 ia mengumumkan rencana IPO Aramco, mengatakan kerajaan itu harus mengakhiri "kecanduan terhadap minyak" untuk memastikan negara tidak lagi berada di bawah tekanan harga komoditas.