Harga Gabah Anjlok, Petani Tolak Impor Beras

Harga Gabah Anjlok, Petani Tolak Impor Beras

Achmad Syauqi - detikFinance
Rabu, 17 Mar 2021 16:44 WIB
Warsidi petani di Klaten mengeringkan hasil panennya
Foto: Achmad Syauqi/detikcom: Warsidi petani di Klaten mengeringkan hasil panennya
Jakarta -

Harga gabah di wilayah Kabupaten Klaten anjlok menjelang puncak panen. Harga gabah kering panen (GKP) di bawah Rp 4.000 per kilogramnya.

"Harga gabah panenan cuma Rp 3.200-Rp 3.500. Kalau gabah kering giling atau siap giling hanya Rp 4.700 per kilogramnya," ungkap Warsidi, petani di Desa Meger, Kecamatan Ceper, Klaten pada detikcom, Rabu (17/3/2021) siang.

Dikatakan Warsidi, sebelumnya harga gabah kering usai panen (GKP) harganya bisa Rp 4.500 sampai Rp 5.000 per kilogram. Sedangkan harga gabah yang sudah kering siap giling (GKG) bisa Rp 5.700 per kilogram.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Harga gabah kering biasanya Rp 5.700 ini terus turun sudah sekitar setengah bulan terakhir. Pembeli juga sepi padahal biasanya dari Purwodadi dan Sragen pada kesini, tapi ini belum ada yang datang," lanjut Warsidi.

Kondisi ini, ucap Warsidi, sudah sering terjadi. Biasanya saat mendekati panen raya malah harga anjlok karena banyak daerah masuk masa panen.

ADVERTISEMENT

"Biasa begini saat mau panen malah anjlok. Mungkin karena daerah Sragen, Ngawi dan Sukoharjo juga mulai panen raya jadi pembeli gabah tidak datang," sambung Warsidi.

Harga tebasan (padi di pohon), ungkap Warsidi juga tidak lebih baik daripada gabah. Satu patok ukuran sekitar 2.000 meter hanya Rp 4 juta.

"Satu patok sebelumnya Rp 7 juta sekarang paling Rp 4 juta sudah hebat. Dihitung dengan biaya tanam saja tidak cocok, kalau dibawa pulang juga repot harus tambah biaya dan tenaga mengeringkan," papar Warsidi.

Pengurus kelompok tani Bhakti Tani Desa Barepan, Kecamatan Cawas, Sriyanto mengatakan harga gabah dari panen hanya di bawah Rp 4.000. Tapi itu harga Minggu lalu.

"Panen desa saya sudah dua Minggu lalu. Harga gabah di bawah Rp 4.000 per kilogramnya dan banyak yang dibawa pulang," kata Sriyanto pada detikcom.

Kades Sentono, Kecamatan Karangdowo, Mulyono mengatakan harga tebasan dan gabah sama turunnya. Harga tebasan hanya Rp 4 juta per patok dari sebelumnya Rp 6 juta.

"Harga tebasan hanya Rp 4 juta per patok, padahal ukuran sawah 2.200 meter persegi. Harga gabah kering panen Rp 3.900 per kilogram, daripada rugi ini banyak petani membawa pulang panenannya," jelas Mulyono pada detikcom.

Halaman berikutnya tentang petani tolak impor beras. Langsung klik.

Terpisah, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Klaten, Wening Swasono mengatakan di saat harga gabah turun dan panen raya, mestinya rencana impor beras ditunda. Jika tetap dilakukan hanya akan membunuh petani.

"Saat panen padi dan negara mengimpor beras, ini bisa membunuh petani. Yang jelas teman teman KTNA dan elemen petani menolak impor beras, kami minta kementerian perdagangan meninjau ulang rencana itu," kata Wening pada detikcom.

Menurut Wening, saat ini secara umum baik lahan basah dan kering petani mulai panen padi. Seharusnya kementerian perdagangan melihat data riil di lapangan.

"Harusnya kementerian perdagangan melihat data di kementerian pertanian. Banyak daerah surplus beras jadi tidak seharusnya impor dilakukan di saat petani panen," lanjut Wening.

Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Pemkab Klaten Erni Kusumawati menjelaskan harga jatuh karena masa panen tiba. Selain itu dipengaruhi hujan.

" Iya harga turun karena sudah memasuki masa panen dan karena hujan. Kita sudah koordinasi dengan Bulog untuk bisa menyerap gabah petani tapi tentu dengan kriteria," jelas Erni pada detikcom.

Dikatakan Erni, puncak panen di Klaten diperkirakan masuk bulan April. Luas lahan sekitar 10.000 hektare.

"Puncak panen di bulan April nanti sekitar 10.300 hektare. Asumsi Provinsi 6,1 x 10.300 = 62.830 ton GKG, ini baru panen April saja dan kita optimis surplus," lanjut Erni.


Hide Ads