Amerika Serikat (AS) memiliki stimulus jumbo senilai US$ 1,9 triliun atau setara Rp 27.358 triliun (kurs Rp 14.399/US$) untuk warganya sampai September 2021. Hal itu dinilai akan membawa dampak positif terhadap perekonomian Indonesia.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi & Moneter Bank Indonesia (BI), Riza Tyas mengatakan Indonesia harus bisa memanfaatkan peluang ini. Terlebih AS juga akan menerima tambahan stimulus fiskal hingga US$ 2 triliun pada triwulan IV-2021 jika disetujui oleh Kongres.
"Di sinilah sebenarnya juga kesempatan bagi Indonesia untuk memanfaatkan hal tersebut," kata Riza dalam Pelatihan Wartawan BI secara virtual bertajuk 'Sinergi Memperkuat Perekonomian', Kamis (25/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlebih bantuan stimulus itu untuk mendukung rumah tangga hingga karyawan, sehingga akan langsung menguatkan kemampuan konsumsi. Meskipun utamanya yang akan merasakan dampak adalah perekonomian AS.
"Stimulus yang besar itu akan jadi oli yang sangat efektif terutama yang US$ 1,9 (triliun) ini ya karena diberikan dalam waktu 6 bulan dan kalau dilihat jenis-jenisnya itu banyak yang langsung diberikan kepada rumah tangga, karyawan, sehingga langsung akan bisa meningkatkan kemampuan spending, kemampuan membeli dari konsumen," ucapnya.
Nah, ekonomi AS yang pulih itu nantinya yang akan berdampak positif bagi ekspor Indonesia. Pasalnya, mereka dinilai tidak akan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga akan melakukan impor.
"Mereka berjalan kan kita juga tidak jalan di tempat, sama kita juga berjalan. Salah satunya yang jelas adalah ekonomi AS ketika membaik dia tidak bisa memenuhi dirinya sendiri, pasti akan ada kebutuhan impor," katanya.