Ini yang Bikin Impor Beras 1 Juta Ton Terasa Janggal

Ini yang Bikin Impor Beras 1 Juta Ton Terasa Janggal

Tim detikcom - detikFinance
Jumat, 26 Mar 2021 12:40 WIB
Menanam padi
Foto: shutterstock
Jakarta -

Rencana pemerintah impor beras 1 juta ton dirasa janggal oleh pengamat. Ada beberapa hal yang mendasari hal tersebut. Pertama, karena harga beras sejauh ini masih dinilai stabil.

"Indikasi-indikasi kita perlu impor kan sebenarnya nggak terpenuhi ya. Selama ini kan indikasinya satu ya, misalnya harga di tingkat konsumen, (harga) beras itu biasanya naik. Sementara dari banyak data selama hampir 4 bulan terakhir terutama kan nggak ada gejolak yang berarti harga beras," kata Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah saat dihubungi detikcom, Jumat (26/3/2021).

Alasan kedua yang membuat rencana impor beras tidak pas karena menurutnya tidak ada isu dari sisi produksi. Apalagi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat potensi produksi padi pada subround Januari-April 2021 diperkirakan sebesar 25,37 juta ton gabah kering giling (GKG), naik 5,37 juta ton atau 26,88% dibandingkan subround yang sama pada 2020.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di lapangan juga misalnya jaringan-jaringan petani yang kita punya itu nggak ada laporan juga kalau ada serangan hama atau misalnya bencana banjir dan kekeringan. Jadi secara umum aspek produksi nggak ada masalah," jelasnya.

Lebih lanjut, cadangan beras di Bulog yang dinilai tidak memadai menurutnya bukan alasan yang kuat untuk dilakukan impor beras 1 juta ton. Sebab, sejak dua atau tiga minggu yang lalu sudah mulai panen. Jika alasannya di gudang Bulog tak ada cadangan yang cukup, dia menilai tinggal dilakukan penyerapan oleh Bulog atas hasil panen di dalam negeri.

ADVERTISEMENT

"Kecuali kalau misalnya di dalam negeri lagi paceklik, itu masih kita bisa terima lah (keputusan impor) kira-kira begitu, dengan alasan-alasan penjelasan yang kuat. Tapi sekarang mau panen begini kok, jadi aneh, harusnya justru mengandalkan produksi dalam negeri apalagi ada prediksi naik produksinya. Kalau kita jelas menolak rencana itu," jelas dia.

Apalagi kejanggalan yang terasa dari impor beras 1 juta ton ini? Lihat di halaman selanjutnya.

Dihubungi terpisah, Ketua Dewan Nasional Pembaruan Agraria, Iwan Nurdin melihat kejanggalan di dalam internal pemerintahan sendiri. Sebab, Kementerian Koordinator Perekonomian dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) keukeh impor. Sementara Kementerian Pertanian (Kementan) dan Perum Bulog tidak.

"Ini artinya ada polemik di dalam internal pemerintahan sendiri terkait impor beras ini," sebutnya.

Dia juga melihat dari sisi administrasi pengambilan kebijakan impor beras 1 juta ton, landasan keputusannya tidak akurat karena Bulog menyatakan masih memiliki stok.

"Kemudian data dari Kementan, dari BPS, kita akan menghadapi panen raya dan peningkatan produksinya cukup signifikan, kemudian cadangan beras kita per Maret ini juga cukup baik. Artinya cukup," tambah dia.



Simak Video "Petani di Purwakarta Tolak Impor Beras"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads