Hampir sepekan ini jalur pengiriman laut Terusan Suez di Mesir mengalami kemacetan. Hal itu terjadi setelah sebuah kapal pengangkut kontainer besar tersangkut di tengah kanal Terusan Suez.
Lalu seberapa besar dampak macetnya Terusan Suez ini ke Indonesia?
Menurut Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Masita pengaruh dari kejadian tersangkutnya kapal di Terusan Suez tidak terlalu signifikan. Pasalnya, menurut Zaldy selama ini tidak banyak kapal Indonesia yang berlayar melalui Terusan Suez.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan biasanya yang kapal yang menuju Eropa melewati Terusan Suez. Meskipun, dia tidak menampik masih ada beberapa kapal yang melalui Terusan Suez dan terdampak.
"Kalau container ekspor atau impor Indonesia dari Eropa atau tujuan Eropa sudah pasti ada (yang mengalami kemacetan), tapi secara presentasi sangat kecil dibandingkan total ekspor-impor container Indonesia untuk kawasan lain," kata Zaldy kepada detikcom, Minggu (28/3/2021).
Terlebih lagi, Zaldy menilai saat ini ada masalah kekurangan container yang terjadi di Indonesia. Maka dari itu dia menilai tak banyak dampak yang ditimbulkan dari masalah kemacetan kapal di Terusan Suez.
"Sampai sekarang pun masih ada masalah kekurangan container untuk tujuan Eropa dan dari Eropa. Jadi dampaknya untuk Indonesia tidak signifikan dengan masalah di terusan Suez," ujar Zaldy.
Meski begitu, sebelumnya Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno mengatakan kemungkinan adanya kapal Indonesia yang ikut mengantre di jalur Terusan Suez. Namun, dirinya tidak menjelaskan berapa banyak yang tersendat.
Benny juga mengungkap adanya dampak negatif dari kejadian ini. Tentunya terkait nambahnya dana yang harus dikeluarkan.
"Pasti ada (kapal yang terdampak), lagi saya cek. Ongkosnya naik, tapi kenaikan persentasenya belum tahu, tapi ongkosnya pasti naik, seringnya begitu," jelas Benny, seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis (26/3/2021).
Di sisi lain, Pakar Maritim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Saut Gurning menyatakan dampak yang bisa terjadi pada kemacetan di Terusan Suez terhadap pelayaran di Indonesia adalah adanya potensi delay atau keterlambatan dari jadwal pelayaran.
Keterlambatan itu bisa membuat adanya biaya tambahan operasional kapal-kapal yang berlayar. Apalagi bila mengambil opsi re-route melewati jalur tradisional yang mengitari Afrika.
"Dampak delay, antrean, dan reroute tentu berpotensi mendorong naiknya ongkos operasional kapal yang biasanya akan berlanjut pada notifikasi additional surcharges yang akan dibebankan kepada pemilik barang," ungkap Saut.
Namun itu masih potensi, soal dampaknya langsung ke biaya pelayaran dan ke harga komoditas, menurutnya pelaku usaha mungkin masih melihat dan menunggu kondisi dari evakuasi kapal yang tersangkut di Terusan Suez.
"Banyak pihak sedang mengambil sikap wait and see dan memang belum juga memberikan adaptasi komersial sebagai dampak terhalangnya terusan maritim yang menangani 12% laluan perdangangan barang dunia lewat itu," ujar Saut.
Dia mengatakan ekspektasinya minggu depan Terusan Suez dapat normal kembali sehingga semuanya dapat kembali seperti biasanya.
"Dampak keterlambatan mungkin dapat dikompensasi dengan percepatan waktu layar dan waktu bongkar-muat di pelabuhan tujuan atau asal barang," kata Saut.
Sebelumnya, kapal kontainer raksasa sepanjang empat lapangan sepak bola dengan lebar 59 meter yang bernama Ever Given tersangkut di Terusan Suez, Mesir. Kapal itu memblokir salah satu rute perdagangan tersibuk di dunia.
Pakar sejarah maritim, Sal Mercogliano kerugian akibat kemacetan yang disebabkan oleh kapal kargo raksasa ini mencapai US$3 miliar atau sekitar Rp 43 triliun per hari.
"Organisasi konferensi pengapalan internasional, ISC, mengatakan kerugian akibat kemacetan di Terusan Suez bisa mencapai US$3 miliar per hari," kata Mercogliano, dalam wawancara dengan BBC World Service, hari Kamis (25/03).
(hal/dna)