Terlebih lagi, Zaldy menilai saat ini ada masalah kekurangan kontainer yang terjadi di Indonesia. Maka dari itu dia menilai tak banyak dampak yang ditimbulkan dari masalah kemacetan kapal di Terusan Suez.
"Sampai sekarang pun masih ada masalah kekurangan container untuk tujuan Eropa dan dari Eropa. Jadi dampaknya untuk Indonesia tidak signifikan dengan masalah di terusan Suez," ujar Zaldy.
Pengamat sendiri mengatakan bisa saja macetnya terusan Suez membuat biaya logistik Indonesia naik. Bagaimana caranya?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pakar Maritim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Saut Gurning menyatakan dampak yang bisa terjadi pada kemacetan di Terusan Suez terhadap pelayaran di Indonesia adalah adanya potensi delay atau keterlambatan dari jadwal pelayaran.
Keterlambatan itu bisa membuat adanya biaya tambahan operasional kapal-kapal yang berlayar. Apalagi bila mengambil opsi re-route melewati jalur tradisional yang mengitari Afrika.
"Dampak delay, antrean, dan reroute tentu berpotensi mendorong naiknya ongkos operasional kapal yang biasanya akan berlanjut pada notifikasi additional surcharges yang akan dibebankan kepada pemilik barang," ungkap Saut.
Namun itu masih potensi, soal dampaknya langsung ke biaya pelayaran dan ke harga komoditas, menurutnya pelaku usaha mungkin masih melihat dan menunggu kondisi dari evakuasi kapal yang tersangkut di Terusan Suez.
"Banyak pihak sedang mengambil sikap wait and see dan memang belum juga memberikan adaptasi komersial sebagai dampak terhalangnya terusan maritim yang menangani 12% laluan perdagangan barang dunia lewat itu," ujar Saut.
Dia mengatakan ekspektasinya minggu depan Terusan Suez dapat normal kembali sehingga semuanya dapat kembali seperti biasanya.
"Dampak keterlambatan mungkin dapat dikompensasi dengan percepatan waktu layar dan waktu bongkar-muat di pelabuhan tujuan atau asal barang," kata Saut
Sebelumnya, kapal kontainer raksasa sepanjang empat lapangan sepak bola dengan lebar 59 meter yang bernama Ever Given tersangkut di Terusan Suez, Mesir. Kapal itu memblokir salah satu rute perdagangan tersibuk di dunia.
Pakar sejarah maritim, Sal Mercogliano kerugian akibat kemacetan yang disebabkan oleh kapal kargo raksasa ini mencapai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 43 triliun per hari.
"Organisasi konferensi pengapalan internasional, ISC, mengatakan kerugian akibat kemacetan di Terusan Suez bisa mencapai US$3 miliar per hari," kata Mercogliano, dalam wawancara dengan BBC World Service, hari Kamis (25/03/2021).
(hal/zlf)