Charly sendiri awalnya bukan pedagang mie ayam, dia memilih membuka warung mie ayam sebagai langkah banting setir untuk bertahan hidup. Awalnya, Charly dan suaminya merupakan pasangan pengusaha bisnis pariwisata di Yogyakarta. Mereka menawarkan beragam jasa pariwisata bagi turis asing maupun domestik.
Namun sialnya, pandemi yang melanda mengubah drastis hidup kedua pasangan ini. Bisnis yang mereka geluti mengalami kemunduran pesat.
![]() |
Tanpa adanya wisatawan, bisnis pariwisata milik Charly pun tidak lagi mendapatkan pemasukan. Ini lah yang membuat dia dan suaminya mulai melirik usaha lainnya. Termasuk terjun ke dunia kuliner dan membuat usaha mie ayam.
"Memang awalnya kami punya usaha di dunia pariwisata, tiba-tiba ada pandemi, langsung vakum nggak ada pemasukan di usaha itu. Awalnya pikir berapa bulan aja, oh ternyata ini berjalan lama, maka ya kami cari pemasukan lain," ujar Charly kala berbincang dengan detikcom.
Charly pun berjuang keras untuk menemukan usaha yang cocok dijalankan oleh dirinya dan suami. Dia bercerita dirinya pernah menjual snack hingga roti, namun hasilnya tak menjanjikan.
Pernah juga Charly mencoba menawarkan sayur-mayur ke rumah-rumah. Namun, karena dia dan suaminya kurang memiliki minat di usaha tersebut akhirnya tidak diteruskan.
Akhirnya Charly dan suami berpikir untuk membuat mie ayam, kebetulan beberapa tahun lalu menurutnya dia pernah mencoba membesut warung mie ayam dengan sopirnya. Namun, usaha itu gagal karena dia sibuk di usaha pariwisatanya.
Simak juga video 'Imbas Pandemi, Saung Angklung Udjo Bandung Setop Pertunjukan':
Lanjut halaman berikutnya.
Berbekal pengalaman membesut usaha mie ayam yang gagal itu, Charly dan suami mulai alihkan haluan jadi pedagang mie ayam, Mie Ayam Telolet nama usahanya. Kebetulan suaminya memiliki mimpi untuk berkarir di dunia kuliner.
Akhirnya Charly mulai belajar membuat mie ayam dari kawannya yang bisa membuat mie ayam. Butuh sekiranya waktu sebulan untuk bisa menjual mie ayam, bulan Juli 2020 dia memutuskan fokus belajar membuat mie ayam, bulan Agustusnya warung mie ayam Charly mulai dibuka.
"Nah kemarin waktu lagi pikir apa lagi ya kami bisa jual untuk cari pemasukan? Terpikir lah kenapa nggak bikin mie lagi. Kebetulan kami ada kenalan di sini juga teman lain yang pernah buat mie ayam, kami belajar dulu sama dia sebulan. Akhirnya dapat rasa sesuai selera kami coba jual," ujar Charly.
Charly mengaku sejak saat itu, mie ayam menjadi fokus pekerjaan dia dan suaminya. Hasilnya pun menurutnya lumayan untuk bisa bertahan hidup.
"17 Agustus, hari merdeka 2020 kami buka. Kini jalan hasilnya lumayan, meskipun kami pernah mendapatkan hari 'jualan kok segini aja ya', cuma kami nggak menyerah," kata Charly.
Keberuntungan pun muncul di awal tahun kemarin, Charly mendadak viral usai salah satu food blogger datang ke warung miliknya dan mengunggah kontennya ke media sosial.
Kini hampir setiap weekend, mie ayamnya bisa terjual sampai 200 mangkok, omzetnya kira-kira Rp 1-1,5 juta sehari. Sedangkan untuk hari biasa bisa omzetnya bisa menyentuh Rp 750 ribu.
"Kalau bulanannya ya sekitar Rp 10-20 juta lah," ujar Charly.
Yang unik lagi, bagaimana Charly mematok harga yang murah pada dagangannya. Dia menyebutkan harga mie ayam yang dijualnya hanya berkisar Rp 7-10 ribu, bahkan sempat menyentuh angka Rp 5 ribu semangkuk saat dirinya baru membuka usaha mie ayam tersebut.
Menurut Charly, dirinya ingin usaha mie ayam ini bertahan dan mendapatkan pembeli. Dia berani mematok harga segitu karena dengan harga murah akan banyak orang yang mendatangi warungnya. "Kami mau semua orang bisa makan di sini," katanya.
Charly mengatakan dirinya menganut prinsip untuk mencurahkan 100% pada apapun yang dikerjakan. Termasuk dalam menjual mie ayam, meskipun awalnya dia merupakan pengusaha, kini dia bahkan tak segan mengantarkan makanan langsung ke pelanggannya.
"Kamu kalau mau sukses harus 100% hati kamu di situ. Saya senangi ini, jadi hati saya dan suami ada di usaha ini, dan kami nggak mudah menyerah," ujar Charly. (hal/fdl)