Jahe Impor Bikin Harga Anjlok, Petani Asal Sumut Merugi

Jahe Impor Bikin Harga Anjlok, Petani Asal Sumut Merugi

Vadhia Lidyana - detikFinance
Rabu, 07 Apr 2021 20:35 WIB
jahe impor asal myanmar dan india
Foto: Enggran Eko Budianto
Jakarta -

Impor jahe mengalami kenaikan sejak tahun 2018, dan semakin melonjak di tahun 2019 dan 2020. Lonjakan impor jahe ini menyebabkan harga jahe di tingkat petani dalam negeri anjlok, dan petani pun merugi.

Seorang putri dari petani jahe asal Sumatera Utara (Sumut) Layla Saragih mengatakan, orang tuanya terpaksa membiarkan jahe-jahe di sawah meski sudah siap panen. Pasalnya, harga jahe anjlok selama 2 bulan terakhir menjadi Rp 3.500 per kilogram (Kg) setelah derasnya impor jahe.

Ia menyampaikan hal itu melalui akun Twitternya @layla_saragih. Cuitannya itu ditujukan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tolong mohon kiranya diperhatikan harga hasil pertanian di Sumut terutama jahe yang harganya anjlok sekali. Dan pemerataan distribusi juga mohon diperhatikan. Karena di luar Pulau Sumatera harga mungkin masih Rp 15.000/Kg, di Sumut Rp 3.500/Kg," tulis Layla seperti yang dikutip detikcom, Rabu (7/4/2021).

Ia juga meminta Jokowi untuk menghentikan impor jahe dan mengutamakan produksi petani. "Kasihan petani, Pak. Harga pertanian anjlok, tapi (harga) pupuk tinggi-tinggi sekali," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Kepada detikcom, Layla membeberkan kondisi sawah orang tuanya saat ini. Menurutnya, orang tuanya tak mau memanen jahe karena harganya sudah anjlok di pasaran, bahkan untuk dijual pun sulit. "Jahenya dibiarkan di lahan saja," tutur Layla.

Akibatnya, orang tuanya harus menanggung rugi. Pasalnya, modal yang digunakan untuk menanam jahe diperoleh dari pinjaman kredit usaha rakyat (KUR). Kini, orang tuanya tak sanggup melunasi pinjaman itu karena panen tak laku.

"Sudah rugi, karena tenaga memongkar lagi. Jadi modal pinjaman untuk biaya bertani itu kemarin pinjam dari KUR. Niatnya bisa menutup (pinjaman) dengan hasil panen jahe. Tapi ini jahe nggak laku, pinjaman KUR menunggak," kata Layla.

Lanjut halaman berikutnya soal impor jahe.

Layla mengatakan, orang tuanya butuh modal Rp 50-60 juta untuk menanam jahe. "Modal merawat jahe sampai panen kisaran Rp 50-60 juta termasuk bibit, untuk 5 rantai. Kita bisa bayangkan petani menunggak Rp 50 juta bagaimana. Kalau bukan dari hasil tani yang diharapkan," papar dia.

Ia mengaku, kini dirinya dan orang tuanya tak tahu lagi bagaimana melunasi utang untuk modal menanam jahe tersebut. "Bingung juga mau bagaimana," katanya.

Menurut Layla, seharusnya pemerintah bisa menyalurkan jahe-jahe hasil panen petani di Sumut yang berlebih ke daerah lain. Dengan demikian, pasokan jahe bisa merata tanpa perlu dilakukan impor.

"Yang buat jengkel itu harga di luar Sumut masih Rp 25.000-35.000/Kg. Kan bisa dibantu distribusi ke luar pulau agar bisa diserap kota lain, daripada masukkan jahe impor," tegas Layla.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya lonjakan impor sejak 2018. Pada tahun 2017, impor jahe hanya 53 ton. Lalu, pada tahun 2018 naik 7172% menjadi 3.886 ton. Pada tahun 2019, impor jahe naik 460% dibandingkan 2018 menjadi 21.782 ton. Pada tahun 2020, impor jahe mencapai 19.252 ton, atau turun tipis (11,63%) dibandingkan 2019.


Hide Ads