Bulu mata rupanya menjadi produk yang bisa diekspor. Hal itu dibuktikan oleh PT Diva Prima Cemerlang yang telah menjual produk bulu mata ke berbagai negara dari Prancis sampai Amerika Serikat (AS). Selain bulu mata, rupanya banyak produk yang sebetulnya tidak biasa alias anti mainstream yang berpeluang ekspor.
CEO Diva Prima Cemerlang, Dewi Ekha Harlasyanti menuturkan, produk yang anti mainstream juga berpeluang ekspor. Hal itu dialaminya saat mengekspor bulu mata. Dari situ, maka berpeluang untuk mengekspor produk anti mainstream lainnya.
"Bisa, bisa banget kaya sekarang okelah kaya saya main product saya bulu mata, tapi kan ketika membuka link otomatis itu kan kaya efek domino tiba-tiba ada temennya buyer 'Dewi cariin ini, cariin ini'," katanya dalam acara d'Mentor detikcom, Rabu (7/4/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia pun mengaku telah bekerjasama dengan para diaspora. Dia bilang, saat pandemi banyak diaspora yang sulit balik ke Indonesia. Mereka pun membutuhkan pasokan makanan dari Indonesia, termasuk sayuran. Hal itu pun menjadi peluang baginya. Dewi bilang, baru saja mengekspor daun pepaya, singkong dan kelor ke restoran-restoran di Belanda.
"Kemarin saya memberangkatkan daun pisang, daun pepaya, daun singkong, daun kelor ke Belanda untuk supply ke restoran-restoran ke Belanda," ujarnya.
Tak hanya itu, ia juga baru saja mengekspor produk UMKM berupa makan-makanan kue lebaran ke Australia dan Belanda. Dia bilang, sebenarnya banyak cara untuk ekspor. Terpenting, pelaku usaha giat mencari informasi dan terus membuka jaringan.
"Sebetulnya banyak jalan menuju Roma yang penting nggak segan berselancar terus dunia maya, terus membuka jaringan, memperluas link. Memang harus explore terus. Satu lagi, marketing sebagai eksportir harus bisa bernegosiasi dengan calon buyer," ujarnya.
(acd/fdl)