Luhut Beberkan 3 Cara 'Sembuhkan' Ekonomi Bali, Apa Saja?

Luhut Beberkan 3 Cara 'Sembuhkan' Ekonomi Bali, Apa Saja?

Vadhia Lidyana - detikFinance
Kamis, 08 Apr 2021 11:10 WIB
luhut binsar pandjaitan
Foto: Ardian Fanani
Jakarta -

Perekonomian Bali mengalami kontraksi yang dalam di tahun 2020. Hal itu disebabkan oleh ketergantungan ekonomi Bali terhadap sektor pariwisata, yang kontribusinya lebih dari 50%. Pariwisata sendiri merupakan sektor yang paling terdampak dari pandemi COVID-19.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Bali mengalami kontraksi hingga 12,28% pada kuartal III-2020, dan kontraksi 12,21% pada kuartal IV-2020 jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2019 (year on year/yoy). Secara kumulatif, ekonomi Bali sepanjang 2020 mengalami kontraksi 9,31% yoy.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, ada 3 jurus untuk bisa memulihkan ekonomi Bali dalam jangka pendek. Pertama, pengendalian COVID-19 di Bali itu sendiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pertama adalah pengendalian COVID-19 yang semakin baik, tidak hanya di Bali, tetapi juga secara nasional dengan kasus COVID-19 yang membaik. Maka aktivitas domestik akan semakin meningkat, sehingga aktivitas ekonomi secara gradual akan kembali normal," kata Luhut dalam Bali Economic and Investment Forum 2021, Kamis (8/4/2021).

Kedua, mempercepat vaksinasi COVID-19 demi menciptakan herd immunity. Saat ini, pemerintah sudah mengalokasikan 1,5 juta dosis vaksin AstraZeneca sebagai tambahan vaksin COVID-19 untuk warga Bali. Sayangnya, menurut Luhut kedatangan vaksin akan terlambat karena ada embargo di negara-negara produsen vaksin.

ADVERTISEMENT

"Saya secara khusus sudah meminta kepada Menkes untuk melakukan percepatan vaksinasi di Bali, namun akibat adanya blokade dari beberapa negara produsen vaksin, mengakibatkan keterlambatan 2 bulan dari rencana awal," urai Luhut.

Jurus ketiga ialah memperketat protokol kesehatan yang disesuaikan dengan negara asal setiap wisatawan mancanegara (wisman). Hal ini nantinya diperlukan jika wisata Bali sudah dibuka untuk wisman.

"Ketiga, perlu dibuat strict protokol kesehatan, terutama untuk para wisatawan mancanegara yang disepakati dengan negara asal. Kami memang sedang menjajaki negosiasi dengan beberapa negara untuk membuka travel bubble wisman dengan Bali," tutur Luhut.

Simak juga 'Melihat Kawasan Ubud yang Terpukul Dampak Pandemi':

[Gambas:Video 20detik]



Sementara itu, untuk pemulihan ekonomi jangka panjang, pemerintah sudah menyiapkan dua rancangan. Pertama, membuka rumah sakit (RS) kelas internasional yang bisa menangani penyakit-penyakit spesifik. Luhut mengatakan, rencana itu nantinya bisa mendatangkan turis asing yang membutuhkan perawatan kesehatan untuk penyakit-penyakit spesifik.

"Pengembangan health tourism dengan membuka rumah sakit internasional untuk penanganan penyakit-penyakit spesifik seperti kanker, tumor, itu sudah ada beberapa investor yang berminat untuk ini. Dengan health tourism yang berkembang, maka length of stay wisatawan yang datang akan lebih lama," ujar dia.

Terakhir, dibutuhkannya diversifikasi sektor-sektor di luar pariwisata, agar Bali tak hanya bergantung pada sektor pariwisata.

"Kedua, diversifikasi kepada sektor-sektor di luar pariwisata seperti kelautan dan budidaya perikanan, serta pertanian," tandasnya.


Hide Ads