Pantau Harga Pangan Saat Ramadhan, Kementan Gunakan Simontok

Pantau Harga Pangan Saat Ramadhan, Kementan Gunakan Simontok

Faidah Umu Sofuroh - detikFinance
Selasa, 13 Apr 2021 10:46 WIB
pantau stok pangan
Foto: Shutterstock
Jakarta -

Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan penjagaan stabilitas harga bahan pokok menjelang datangnya bulan puasa dan Lebaran 2021. Penjagaan ini dilakukan supaya masyarakat tetap khusyuk menjalankan ibadan suci Ramadhan tanpa adanya gangguan mengenai gejolak harga.

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Hendriadi mengatakan pemerintah sudah melakukan monitoring pada setiap daerah defisit dengan menggunakan Sistem Monitoring Stok (Simontok).

"Bahkan peta Simontok ini mampu memantau kondisi harga dan kebutuhan bahan pokok di daerah terpencil. Dengan begitu, kami bisa melakukan intervensi dari daerah surplus ke daerah defisit. Bahkan Simontok ini bisa menjamin pasokan dan distribusi," ujar Agung dalam dalam keterangan tertulis, Selasa (13/4/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agung mengatakan pemantauan sistem intervensi ini dilakukan secara rutin, yakni seminggu sekali. Dari sana, Kementan melalui Badan Ketahanan Pangan terus mengumpulkan informasi dan laporan dari semua Kepala Dinas Pertanian dan Perdagangan di seluruh Indonesia.

"Tantangan sekarang itu mau tidak mau harus melakukan intervensi, di mana yang surplus harus menyuplai yang defisit. Lalu kita buka juga oeprasi pasar online seperti Pastani yang bekerja sama dengan berbagai start up untuk membuka marketplace online. Selanjutnya kita kontrol secara rutin agar tidak ada gejolak," katanya.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, Agung mengatakan Kementan sudah melakukan pembinaan terhadap ribuan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) agar menyediakan produk pasokan panen. Ini dilakukan supaya masyarakat terbiasa dengan makanan olahan sehingga tidak ada makanan sisa yang terbuang percuma.

"Sekarang kan posisinya konsumsi pengolahan produk olahan itu 30%, sedangkan sisanya, yakni 70% adalah produk fresh. Saya kira ini terbalik dengan negara maju di Eropa atau Amerika. Karena itu kita kembangkan UMKM agar melakukan pengolahan, sehingga tidak ada makanan yang terbuang," katanya.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) Adhi S Lukman mengaku setuju dengan konsep online dan pembinaan UMKM yang dilakukan Kementan. Menurut dia, langkah tersebut merupakan langkah tepat dalam menekan angka impor melalui konsumsi makanan yang tidak terbuang secara percuma.

"Oleh sebab itu petani kita harus belajar proses pascapanennya, supaya makanan kita itu bertahan lebih lama. Di sisi lain menurut saya konsumen juga harus dididik bahwa pola konsumsi yang baik itu adalah dengan tidak membuang makanan. Misalnya cabai tidak segar itu kan bisa diolah jadi sambal kering," katanya.

Sementara itu, Adhi mengapresiasi kebijakan BKP Kementan terhadap lapangan pasar melalui online. Kata dia, saat ini pasar online terus bergairah dan mengalami pertumbuhan yang signifikan.

"Mau tidak mau, pasar online menjadi tren baru. Ke depan saya yakin dengan semakin baiknya infrastruktur internet pasar online ini menjadi bergairah. Hanya saja basisnya masih rendah, tapi pertumbuhannya cukup tinggi dan terus meningkat. Saya lihat makin ke sini makin baik," tutupnya.

(mul/mpr)

Hide Ads