Sentilan Diaspora RI ke Bukit Algoritma Ala Silicon Valley

Sentilan Diaspora RI ke Bukit Algoritma Ala Silicon Valley

Soraya Novika - detikFinance
Kamis, 15 Apr 2021 20:15 WIB
Lokasi proyek Bukit Algoritma, Silicon Valley-nya Indonesia
Foto: Syahdan Alamsyah/detikcom: Lokasi proyek Bukit Algoritma, 'Silicon Valley'-nya Indonesia
Jakarta -

Belakangan ramai-ramai orang membahas soal lokasi 'Silicon Valley'-nya Indonesia yang ada di Sukabumi. Kabarnya, proyek Bukit Algoritma di kawasan perkebunan sawit di wilayah Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi itu bakal jadi lokasi berdirinya 'Silicon Valley'-nya Indonesia. Area itu sekaligus merupakan kawasan ekonomi khusus (KEK) untuk pengembangan teknologi dan industri 4.0.

Diaspora Indonesia lulusan Universitas Oxford Oki Earlivan angkat bicara terkait proyek tersebut. Menurutnya, sebelum terburu-buru menghabiskan dana membangun proyek ini, matangkan dulu rencana terkait Bukit Algoritma ini, Mulai dari dasarnya apa, akan jadi seperti apa, dan akan menghasilkan apa, bagaimana caranya mengembangkannya, implementasinya seperti apa, dan lain sebagainya.

"Kalau kita bicara sejarah Silicon Valey itu terjadi kan karena dekat dengan Universitas Stanford Business School dan mereka itu membuat sebuah chip yang mana sekarang dipakai oleh intel, memang mereka itu ingin menjadikan daerah tersebut memang basis teknologi tinggi tapi mereka memang sudah paham apa yang akan mereka kembangkan 30 tahun kemudian. Setelah mereka buat chip mereka bisa membuat komputer, setelah itu membuat super computing, jadi mereka sudah mengetahui tahapannya," ujar Oki dalam diskusi virtual, Kamis (15/4/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, tanpa perencanaan yang matang hanya akan membuang-buang uang saja.

"Kalau sekarang ada lahan kosong kita berikan uang lalu dijadikan project saya kira nanti akan menjadi basis project lagi bukan lagi basis sustainable technology atau sustainable development," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Lebih baik, kata Oki, dana untuk membangun proyek Bukit Algoritma tadi difokuskan pada belanja riset. Sebab menurutnya Indonesia masih kekurangan riset yang kuat dan berkelanjutan.

"Saat ini kita kalau riset itu hanya sebuah riset karena basis project, setelah dia basis project dia dijual dan itu tidak berkelanjutan," imbuhnya.

Ia mencontohkan bagaimana negara lain saat hendak mengembangkan sebuah proyek tertentu. Inggris misalnya yang ingin mengembangkan mobil berbahan bakar Hidrogen. Inggris butuh 130 tahun untuk mengembangkan proyek tersebut. Sedangkan Indonesia terkesan terburu-buru padahal masih gagap.

"Nah pemahaman teknologi ke sana yang mana kita mau mengartikulasi sebuah teknologi yang maju saya pikir kita masih gagap. Kita masih banyak kegagapan dalam teknologi, itu baru mobil listrik, belum lagi sekarang kita bicara startup 4.0," ungkapnya.

Indonesia masih gagap bisa dilihat dari cakupan bidang yang dijajal oleh para unicorn dalam negeri. Rata-rata masih bergerak di industri jasa. Sedangkan, di Amerika Serikat, tempat Silicon Valley asli berasal, sudah bergerak di bidang yang lebih beragam lagi sampai ke menerbangkan robot ke Planet Mars.

"Jadi pertanyaan saya ke Silicon Valey (Bukit Algoritma) ini dasarnya apa, dan akan seperti apa," ucapnya.

(eds/eds)

Hide Ads