Peternak ke Erick Thohir: Daripada Beli Peternakan di Belgia, Mending Papua

Peternak ke Erick Thohir: Daripada Beli Peternakan di Belgia, Mending Papua

Vadhia Lidyana - detikFinance
Selasa, 20 Apr 2021 14:15 WIB
Padang rumput ala New Zealand
Foto: Jeka Kampai/detikTravel
Jakarta -

Rencana Menteri BUMN Erick Thohir membeli peternakan sapi di Belgia menjadi sorotan. Beberapa pihak tak setuju dengan rencana tersebut karena mempertimbangkan nasib peternak Tanah Air.

Menurut Pengamat Peternakan Sapi Rochadi Tawaf, Indonesia masih punya banyak lahan kosong yang bisa dikembangkan menjadi peternakan sapi. Salah satunya pulau-pulau kosong di Papua. Begitu juga dengan rencana integrasi peternakan sapi dengan perkebunan sawit, lahan eks tambang, dan sebagainya.

"Lahan-lahan luas di luar Pulau Jawa, integrasi sapi-sawit, lahan eks tambang, pulau-pulau kosong di Papua, dan masih banyak juga di perbatasan-perbatasan. Yang penting sekarang niat Pemerintah ini harus ditunjukkan, tidak setengah hati," tegas Rochadi ketika dihubungi detikcom, Selasa (20/4/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rochadi mengatakan, untuk program integrasi sapi-sawit harus dijalankan dengan lebih serius agar pengusaha sawit tertib melaksanakannya. Caranya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) yang diperuntukkan kepada pengusaha sawit.

"Misalnya melalui Keppres, SK Presiden. Bukan SK Menteri, misalnya sapi-sawit itu kan SK Menteri, itu kan nggak jalan. Itu bisa dilakukan," tutur Rochadi.

ADVERTISEMENT

Dihubungi terpisah, Dosen Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Denny Widaya Lukman mengatakan, pemerintah perlu menjaga keberadaan lahan-lahan peternakan sapi, baik di pusat maupun daerah.

Pasalnya, saat ini lahan peternakan sapi berkurang karena banyak dibangun untuk perumahan.

"Ternyata perumahan jauh lebih penting daripada peternakan. Begitu juga lahan pertanian kan semakin berkurang. Seperti di Cianjur tadinya sawah membentang, sekarang isinya perumahan," kata Denny.

Oleh sebab itu, pemerintah pusat maupun daerah harus menjaga ketersediaan lahan peternakan mengingat pentingnya peternakan untuk menjaga pasokan daging sapi dalam negeri.

"Komitmen utama semua lini di atas, nggak bisa hanya Kementan, Kemendag, susah. Karena itu juga terkait Pemda, dan karena otonomi mereka tidak tunduk dengan pusat," urainya.

Simak juga Video: Heboh Peternak Buang Telur di Magetan, Harga Pakan Tak Sebanding?

[Gambas:Video 20detik]



Selain itu, Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Nanang Purus Subendro mengatakan, Indonesia punya potensi untuk menekan impor daging sapi dengan memberikan bantuan kepada peternakan anak sapi.

Selama ini, populasi anak sapi masih belum banyak karena untuk mengembangkannya dibutuhkan biaya besar, sementara harga jual tak seberapa. Nanang mengatakan, dibutuhkan biaya Rp 6 juta untuk memelihara satu ekor anak sapi. Sementara, harga jualnya tak jauh dari biaya tersebut.

"Usaha pembibitan (ternak) di Indonesia itu kurang menarik karena harga jual dengan biaya produksi imbang-imbang saja," tutur dia.

Oleh sebab itu, ia menilai ketimbang mengeluarkan dana untuk membeli peternakan di Belgia, lebih baik uangnya digunakan untuk memberi subsidi pada setiap ekor anak sapi, peternak akan mau mempertahankan usaha ternaknya.

"Kalau dana yang digunakan untuk membeli lahan peternakan di Belgia bisa digunakan untuk mensubsidi setiap anak sapi yang lahir, misalnya setiap anak sapi diberi subsidi sekitar Rp 1,5 juta per ekor, dengan validasi data dilakukan oleh yang berwenang, apakah itu kepala dinas peternakan tingkat kecamatan, kelurahan, dan lain-lain, sehingga akan menggairahkan industri peternakan rakyat," ujarnya.

Dengan cara itu, maka peternak bisa bertahan menghadapi godaan untuk menjual induk sapi. Nantinya, secara perlahan populasi sapi dalam negeri bertambah, dan bisa meraih cita-cita swasembada daging sapi.

"Kalau betina tersebut melahirkan anak sapi, dan anak sapi itu juga mendapatkan insentif dari pemerintah, maka peternak paling tidak ingin mempertahankan indukan itu, tidak tergoda utk memotong walaupun ada tawaran harga yang lebih menarik. Sehingga target untuk mencapai swasembada nantinya itu akan lebih mudah tercapai," tandas Nanang.


Hide Ads