Sosok Kartini menjadi pengingat bahwa perempuan bisa menjalankan berbagai perannya, baik sebagai pribadi, istri, pekerja, ibu, pemimpin, dan berbagai peran lainnya. Perempuan dengan semangat, kekuatan, kecerdasan, dan kelembutannya dapat menjadi inspirasi untuk saling membangun, dan menguatkan baik di lingkungan keluarga, dunia kerja, dan lingkungan sekitar.
Hal itu menjadi pengingat setiap institusi terhadap peran perempuan, termasuk bagi PT Kereta Api Indonesia (Persero). Di momentum hari Kartini saat ini, VP Public Relations KAI, Joni Martinus mengungkapkan KAI memandang bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk berkarier.
KAI bersentuhan langsung dengan bidang pekerjaan yang berisiko tinggi dan bersifat teknis yang menjadi salah satu faktor mengapa pria cukup mendominasi di berbagai unit kerja di KAI. Namun, hal itu tidaklah menjadi batasan karena KAI membuka kesempatan karier yang selebar-lebarnya bagi seluruh pegawai yang memiliki kualitas, loyalitas, dan dedikasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sejauh memiliki kecakapan, kemampuan, tekad, dan disiplin tinggi, ditambah dengan nilai-nilai AKHLAK yakni Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif, maka perempuan pun mampu memimpin sebuah unit kerja bahkan sebagai pucuk pimpinan," ujar Joni dalam keterangan tertulis, Rabu (21/4/2021).
Misalnya saja, tugas sebagai kepala stasiun. Kepala stasiun bertanggung jawab atas seluruh kinerja stasiun yang dipimpinnya, baik operasional, keselamatan, pelayanan, keuangan, pembinaan SDM, dan lain-lain. Oleh karenanya, orang-orang yang dipercaya menjadi kepala stasiun adalah orang-orang pilihan dan dianggap mumpuni menjadi pemimpin dan bertanggung jawab dalam berbagai aspek kerja.
Ia juga menjadi orang pertama yang bertanggung jawab atas seluruh hal yang terjadi di stasiun yang dipimpinnya. Menjadi kepala stasiun perempuan ternyata memiliki sisi keunikan tersendiri.
Setidaknya, inilah yang dirasakan oleh Linda Mayagita Barliani, Kepala Stasiun Wadu, Daop 4 Semarang. Linda memulai pengalamannya sebagai kepala stasiun pada September 2018 di Stasiun Wadu.
"Bekerja di lingkungan yang identik dengan laki-laki ternyata mudah dan menyenangkan karena tidak perlu terlalu kaku dalam memilah kata-kata saat berinteraksi, hal ini karena laki-laki rata-rata mempunyai sifat yang lebih mengedepankan akal atau logika sehingga tidak mudah terbawa perasaan," ujar Linda yang memiliki tim kerja 10 orang yang semuanya merupakan laki-laki.
Linda juga menambahkan tugas yang berat sebagai kepala stasiun selalu bisa ia atasi dengan kunci semangat untuk terus memberikan manfaat dan sikap yang selalu menghargai nilai dan proses.
Selain kepala stasiun, ada juga tugas wakil kepala stasiun yang tak kalah tantangannya, terlebih karena ia juga harus senantiasa siap mendukung tugas kepala stasiun. Adalah Enis Rahmawati, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Kepala Stasiun Besar Jember, di Daop 9 Jember.
Sebelumnya, Enis memiliki pengalaman total hampir 3 tahun sebagai kepala stasiun. Ia pernah bertugas menjadi kepala stasiun di Stasiun Tulangan, Stasiun Krian, dan Stasiun Tarik. Setelah itu, hampir 2 tahun ia menjabat sebagai wakil kepala stasiun besar yaitu di Stasiun Juanda, dan terkini di Stasiun Jember.
"Pengalaman saya selama bekerja baik sebagai kepala stasiun maupun wakil kepala stasiun haruslah mempunyai mindset dan mental yang kuat, tidak cengeng sehingga kita bisa melakukan pekerjaan tersebut dengan baik," ujar Enis.
Bekerja di Stasiun Jember yang merupakan stasiun kelas besar, Enis memiliki tim kerja yang seluruhannya berjumlah 61 pegawai, terdiri dari 10 orang perempuan dan 51 orang laki-laki.
Selain itu, ada juga profesi kondektur atau petugas Customer Service On Train (CSOT). Kondektur merupakan salah satu garis terdepan pelayanan KAI karena mereka bertatap muka langsung dengan para penumpang. Tak hanya mengecek tiket, kondektur juga bertugas membantu masinis selama perjalan KA dari proses perpindahan jalur rel kereta atau lokomotif (langsir) hingga melaksanakan pelayanan dan menertibkan pelanggan selama perjalanan.
Seorang kondektur KA tidak hanya memiliki wajah tampan/cantik, menarik, badan proposional, atau well spoken, tapi juga yang terpenting harus memiliki jiwa melayani yang tinggi. Sebagai pimpinan petugas pelayanan penumpang di kereta api, kondektur harus memastikan pelanggan mendapatkan pelayanan prima mulai dari stasiun pemberangkatan, selama perjalanan, dan sampai stasiun tujuan akhir.
Fitiriana, Kondektur UPT SOT Yogyakarta yang kesehariannya saat ini melayani di KA Bandara YIA mengatakan sangat menikmati setiap proses tugasnya sebagai kondektur. Berbagai pengalaman unik sudah ia rasakan, mulai dari berhadapan dengan pelanggan yang ramah, baik, namun ada juga yang galak.
Ia juga pernah menangani pelanggan yang kejang-kejang, mengalami kereta memutar akibat banjir, hingga menangani pelanggan yang meninggal pada saat perjalanan. Itu hanyalah segelintir dari sekian banyak pengalaman Fitri saat bertugas sebagai kondektris (kondektur perempuan).
"Yang penting bekerja sesuai SOP, semangat dan ikhlas menjalaninya agar tidak menjadi beban di dalam hati," ujar ibu muda yang bergabung dengan KAI sejak Oktober 2016 ini. Fitri sudah hampir 4 tahun bertugas sebagai kondektris yang dimulai sejak Juni 2017 hingga saat ini.
Tak hanya di bidang operasi dan pelayanan, KAI juga memiliki srikandi yang berkutat dengan sarana kereta. Salah satunya Bikan Aulia, pegawai KAI yang saat ini menjabat sebagai Kepala Depo Traksi KA Bandara di salah satu anak usaha KAI yakni KAI Bandara atau Railink.
![]() |
Sebagai Kepala Depo Traksi, Bikan bertugas untuk memastikan keandalan sarana kereta bandara sehingga siap mengangkut penumpang. Bikan membuktikan bahwa perempuan pun bisa bekerja di bidang yang sangat erat dengan mesin dan alat berat ini.
Seru! Itulah kata pertama yang diucapkan perempuan yang sejak September 2019 menjadi Kepala Depo Traksi KA Bandara mengenai kesehariannya bekerja di bidang sarana.
"Seru karena pekerjaan saya tidak selalu identik dengan di belakang komputer, banyak pekerjaan yang memang diselesaikan di lapangan. Saya juga mendapatkan banyak ilmu baru, terutama ilmuketeknikan," ujarBikan yang bergabung dengan KAI, tepatnya di Unit Sarana, sejak April 2012.
Meskipun demikian, memimpin unit kerja yang pekerjaannya identik dengan laki-laki membuat Bikan tak menampik jika awalnya sempat merasakan minder nantinya tidak bisa menjalankan tupoksi sebagai Kepala Depo Traksi. Namun, dengan banyak bertanya dan mencari tahu tentang sarana (keteknikan), ia bisa menyelesaikan semua pekerjaannya dengan baik. Saat ini Bikan memiliki tim kerja sebanyak 12 orang yang kesemuanya merupakan laki-laki.
Menurut Joni, beberapa profesi di atas hanya gambaran kecil bahwa KAI memberikan kesempatan yang setara bagi pegawai perempuan dan laki-laki. Perempuan pun bisa memimpin dan bekerja untuk ikut membangun serta memajukan perkeretaapian Indonesia.
"Dalam momen Hari Kartini ini, KAI mengapresiasi seluruh perempuan khususnya para Kartini KAI. Terima kasih atas sumbangsihnya untuk turut memajukan perkeretaapian Indonesia," ujar Joni.
(ega/ara)