Ketahanan Pangan Nasional Tetap Kokoh Meski Diterpa Pandemi

Ketahanan Pangan Nasional Tetap Kokoh Meski Diterpa Pandemi

Vadhia Lidyana - detikFinance
Kamis, 22 Apr 2021 19:50 WIB
Presiden Jokowi dan Dirut BULOG meninjau stok beras
Foto: Presiden Jokowi dan Dirut BULOG meninjau stok beras (Istimewa/Dok. Perum BULOG)
Jakarta -

Ketahanan pangan nasional adalah salah satu kunci terpenting dalam menghadapi pandemi virus Corona (COVID-19) yang telah melanda dunia lebih dari satu tahun. Di awal pandemi, ketahanan pangan nasional disorot setelah Organisasi Pangan dan Pertanian atau Food and Agriculture Organization (FAO) menyatakan adanya ancaman krisis pangan dunia.

Menurut Kepala Ekonomi dan Asisten Direktur Departemen Ekonomi dan Pembangunan Sosial FAO Maximo Torero Cullen, ancaman bisa menjadi kenyataan karena berbagai negara menerapkan karantina wilayah atau lockdown untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19.

Meski proyeksi FAO tersebut sempat menimbulkan kegemparan, Tanah Air berhasil mempertahankan kebutuhan pangan masyarakat, terutama dari komoditas pokok seperti beras.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beras adalah komoditas yang menjadi tugas utama Perum Badan Urusan Logistik (BULOG). Untuk memastikan beras tetap tersedia, BULOG menyerap gabah hasil produksi petani. Gabah-gabah itu kemudian digiling dan disimpan sebagai cadangan beras pemerintah (CBP) di gudang-gudang BULOG.

Penyaluran Bansos Beras di Tengah Pandemi COVID-19

Di masa pandemi, CBP yang disiapkan BULOG diutamakan untuk penyaluran bantuan sosial (Bansos). Ada beberapa program Pemerintah yang ditugaskan kepada BULOG.

ADVERTISEMENT

Pertama, penyaluran beras untuk program Bantuan Presiden melalui Kementerian Sosial (Kemensos). BULOG ditugaskan menyalurkan beras untuk 1,4 juta keluarga penerima manfaat (KPM) di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Periode penyaluran dimulai pada awal Mei 2020, hingga 17 Mei 2020.

Setelah berhasil menyalurkan beras di tahap pertama, BULOG kembali dipercaya untuk menyalurkan beras di tahap kedua. Pada tahap tersebut, BULOG ditugaskan menyalurkan beras kepada 1,85 juta warga yang terdampak pandemi COVID-19 di wilayah Jabodetabek. Penyaluran beras tahap kedua ini sukses diselesaikan BULOG dalam kurun waktu 15 hari, mulai 1 Juni hingga 15 Juni 2020.

Dengan demikian, BULOG telah menyalurkan beras terhadap 3,25 juta keluarga di Jabodetabek. Masing-masing keluarga menerima 25 kilogram (Kg) beras.

"Setelah sukses menyalurkan program Bansos beras Presiden tahap pertama dengan tepat waktu pada Mei lalu dengan kualitas beras premium, kali ini BULOG juga kembali menyelesaikan dengan lancar penugasan Bansos beras Presiden tahap kedua dalam waktu 15 hari sejak ditugaskan pada 1 Juni lalu. Walau waktu yang diberikan pemerintah selama 19 hari," kata Direktur Utama Perum BULOG Budi Waseso di Jakarta, Kamis (18/6/2020).

Penyaluran Bansos beras di masa pandemi tidaklah mudah. Selain harus bekerja cepat, pelaksanaan protokol kesehatan pencegahan COVID-19 juga tak bisa dilupakan. Oleh sebab itu, penyaluran dilakukan dengan sistem kerja shifting atau piket yang terkelola dengan baik.

"Alhamdulillah kita bisa menyelesaikannya dengan sangat baik. Memang sejak awal penugasan pemerintah, saya turun tangan langsung untuk memantau demi menjaga amanah kepentingan rakyat banyak. Tidak lupa juga saya sampaikan terima kasih atas kerjasama yang baik dari Kemensos RI," jelas Budi Waseso atau yang akrab disapa dengan Buwas.

Penyaluran BansosBantuan Presiden untuk Warga Terdampak COVID-19 (Mindra Purnomo/tim infografis detikcom)

Selanjutnya, BULOG kembali ditugaskan menyalurkan beras kepada masyarakat yang terdampak COVID-19. BULOG bertugas menyalurkan 300.000 ton CBP untuk 10 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) di seluruh Indonesia.

Melalui penyaluran tersebut, setiap KPM menerima 15 Kg selama 3 bulan mulai Agustus sampai Oktober 2020. Penyaluran pertama dan kedua dilakukan secara bersamaan, sehingga KPM-PKH menerima 30 Kg Bansos beras sekaligus pada September 2020.

Penyaluran terakhir dilakukan pada bulan Oktober 2020. Dengan demikian, total beras yang disalurkan BULOG untuk PKH ialah 450.000 ton. Buwas menegaskan, beras yang disalurkannya ini merupakan beras dengan kualitas baik yang telah melalui proses rice to rice (RR).

"Jajaran Pak Menteri (Sosial) sudah mengecek kesiapan kita di beberapa wilayah. Jadi jangan khawatir. Jujur kami sudah menghilangkan kemungkinan-kemungkinan yang sudah merusak beras itu, yang membuat masyarakat tidak percaya dengan beras BULOG," tegas Buwas dalam konferensi pers peluncuran Bansos Beras di Gudang BULOG, Jakarta, Rabu (2/9/2020).

Inovasi Beras Singkong, RI Tak Perlu Takut Krisis Pangan

Beras Singkong PetaniBeras Singkong Petani (Istimewa/Dok. Perum BULOG)

Di penghujung tahun 2020, BULOG mengeluarkan produk inovasi beras yang terbuat dari singkong, yakni beras singkong petani (Besita). Produk itu merupakan bukti bahwa Indonesia tak perlu lagi takut akan krisis pangan. Selain itu, kehadiran Besita turut mendukung program Pemerintah yakni diversifikasi pangan lokal.

"Menurut saya memang di negara-negara lain krisis pangan, tapi Indonesia tidak usah takut dengan krisis pangan. Makanya hari ini saya menyatakan untuk membangun ketahanan pangan. Saya perkenalkan beras dari singkong," kata Buwas saat meluncurkan beras singkong di Kota Bandung, Selasa (15/12/2020).

"Kalau yang krisisnya beras, oke sekarang kita makan beras tapi dari bahan dasar singkong. Kita takut apa sekarang," sambungnya lagi.

Apalagi, Indonesia punya potensi tanaman singkong yang sangat besar. Tak heran, 85% dari luas singkong dunia ada di Indonesia yang tersebar di Sumatera, Maluku, Sulawesi, Papua termasuk Jawa. Tingkat produktivitasnya pun sangat tinggi. Menurut Buwas, panen singkong di Tanah Air bisa mencapai 20 juta buah.

Mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) tersebut meyakini, dengan keunggulan singkong yang begitu banyak, komoditas tersebut dapat diminati oleh masyarakat.

Upaya BULOG Tingkatkan Kualitas Beras

Gudang BULOGGudang BULOG (Istimewa/Dok. Perum BULOG)

Kualitas beras merupakan hal terpenting dan harus terus ditingkatkan oleh BULOG sebagai perusahaan negara. Berbagai upaya dilakukan perusahaan pelat merah tersebut meningkatkan kualitas beras. Salah satunya membangun penggilingan beras berteknologi tinggi atau modern rice milling plant secara bertahap.

Dengan sistem penggilingan itu, maka BULOG tak perlu lagi membeli beras dari pihak ketiga. BULOG hanya perlu menyerap gabah dari sentra-sentra produksi padi, lalu menggilingnya ketika akan disalurkan. Ada 13 rice milling plant yang akan dibangun oleh BULOG.

"Bulog nanti akan memproduksi beras sendiri. di mana selama ini Bulog ini membeli mayoritas adalah beras dari pihak ketiga. Di mana akhirnya bentuknya, kualitasnya bermacam-macam. Kalau modern rice milling plant sudah terbangun, maka Bulog akan memproduksi beras sendiri," kata Buwas dalam konferensi pers virtual, Rabu (3/2/2021).

Meski nantinya beras yang merupakan hasil gilingan modern rice milling plat berkualitas premium, BULOG akan tetap menjualnya dengan harga beras medium. Dengan demikian, masyarakat bisa tetap memperoleh beras dengan harga terjangkau, dan kualitasnya tak perlu lagi diragukan.

"Sehingga Bulog nanti tidak lagi menjual beras medium. Beras premium tapi harga medium, karena cost membuat beras premium dan medium itu sama," tutur Buwas.

Untuk membangun modern rice milling plant tersebut, BULOG memanfaatkan penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp 2 triliun yang dikucurkan Pemerintah pada tahun 2016.

"Oleh sebab itu kita dengan dapat bantuan tahun 2016 dana PMN itu ada RP 2 triliun. Harusnya itu sudah terserap/habis tahun 2018. Tapi ketika dievaluasi ini nggak manfaat bangun hal-hal seperti itu. Makanya kita ubah harus betul-betul pembangunan yg dibutuhkan. pengeluaran itu harus melalui proses rice to rice di gudang-gudang itu," imbuh dia.

Selain menyediakan beras berkualitas premium dengan harga medium untuk masyarakat, program itu juga bisa meningkatkan kesejahteraan petani. Dengan program itu, Bulog menyerap gabah dari petani dengan harga yang lebih baik, sehingga petani tak perlu lagi menjual murah ke tengkulak.

"Kita hitung paling nggak bisa serap 10% dari produksi di wilayah itu sehingga kita bangun sebesar itu sehingga dengan harapan petani nggak lagi terbelenggu dengan tengkulak. Kan kita punya harga dasar yang bisa beli gabah dengan harga Rp 5.300/Kg. Selama ini petani nggak dapat harga segitu, dan dapat harga gabah itu Rp 3.600-3.700/Kg riil yang diterima petani. Selebihnya adalah tengkulak dan pihak ketiga," terang Buwas.

Stok Beras Aman, Indonesia Tak Butuh Impor

Pada awal Maret 2021 lalu, Tanah Air dihebohkan dengan rencana Pemerintah mengimpor beras. Wacana itu dilontarkan karena Pemerintah menilai BULOG belum tentu bisa mencapai target penyerapan 1-1,5 juta ton beras.

Namun, Buwas menyampaikan fakta yang jauh berbeda. Menurutnya, ada beberapa alasan mengapa Indonesia tak perlu mengimpor beras. Pertama, BULOG di bawah kepemimpinannya tidak pernah mengimpor beras dalam 3 tahun terakhir.
Kedua, Indonesia diprediksi mengalami surplus stok beras. Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi produksi beras selama Januari-April 2021 mencapai 14,54 juta ton, dengan kebutuhan sebesar 9,7 juta ton. Dari angka tersebut, maka selama Januari-April 2021 diprediksi adanya surplus stok beras sebanyak 4,8 juta ton.

"Saya ingin membuktikan sendiri bahwa produksi dalam negeri itu memang cukup. Saya memegang apa yang disampaikan oleh pihak Kementerian Pertanian (Kementan) dengan BPS. Terus kalau saya tidak percaya, saya percaya dengan siapa?," tegas Buwas dalam webinar PDIP, Kamis (25/3/2021).

Ketiga, hingga 28 Maret 2021, stok CBP di gudang BULOG sudah mencapai 1 juta ton. Untuk mempertahankan stok, jajaran BULOG langsung memantau ke sawah-sawah. Menurut Buwas, realisasi penyerapan yang dilakukan BULOG lebih tinggi dibandingkan 2 tahun sebelumnya.

3 Alasan RI Tak Perlu Impor Beras3 Alasan RI Tak Perlu Impor Beras (Fuad Hasim/Infografis detikcom)

Dua hari sebelum CBP di gudang BULOG tembus 1 juta ton, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga telah memastikan tak ada impor beras hingga bulan Juni 2021.

"Saya pastikan bahwa sampai bulan Juni 2021 tidak ada beras impor yang masuk ke negara kita Indonesia," ujar Jokowi dalam live pernyataan Presiden terkait impor beras, di Istana Merdeka, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden Jumat (26/3/2021).

Setelah Jokowi menegaskan sikap Pemerintah, Buwas mengatakan pihaknya akan terus fokus menyerap beras petani.

"Ini dipastikan oleh Pak Presiden bahwa tidak ada, kita sementara ini adalah kita mengutamakan produksi petani," kata Buwas dalam konferensi pers virtual, Senin (29/3/2021).

BULOG terus melakukan penyerapan beras hasil panen petani. Per 22 April 2021, stok CBP di gudang BULOG sudah mencapai 1,2 juta ton.

BULOG Salurkan Beras untuk Korban Bencana NTT

Selain memastikan ketahanan pangan nasional, BULOG juga siap siaga dalam memasok pangan pokok ke wilayah-wilayah yang terdampak bencana alam. Pada 6 April 2021, lalu, BULOG melalui Kantor Wilayah (Kanwil) di Nusa Tenggara Timur (NTT) mengamankan stok CBP untuk membantu korban bencana banjir.

BULOG mengamankan stok beras sebanyak 17.600 ton yang sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan warga NTT.

"Stok beras di BULOG NTT siap disalurkan untuk bantuan bencana alam di wilayah NTT, kami sudah berkoordinasi dengan Pemda NTT dan bersama BUMN lain juga sudah mendirikan posko untuk pusat penyaluran bantuan ini", kata Sekretaris Perusahaan Perum BULOG Awaludin Iqbal, Selasa (6/4/2021).




(vdl/dna)

Hide Ads