Stok Gula Aman, Pabrik Makanan Siap Ngebut Lagi

Stok Gula Aman, Pabrik Makanan Siap Ngebut Lagi

Tim detikcom - detikFinance
Jumat, 23 Apr 2021 13:01 WIB
Industri mamin Jawa Timur
Foto: Industri mamin Jawa Timur (Istimewa)
Jakarta -

Sejumlah pengusaha industri kecil dan menengah (IKM) khususnya di sektor makanan dan minuman (mamin) optimistis bisa kembali menggenjot kapasitas produksinya usai hantaman hebat imbas pandemi virus corona. Menurut para pelaku usaha mamin, sektor ini terus tumbuh dan menerbitkan optimisme dibandingkan sektor lainnya.

Hal tersebut disampaikan para pelaku usaha dari berbagai wilayah Jawa Timur seperti Malang, Nganjuk, Surabaya bersama dengan produsen gula rafinasi dalam sebuah diskusi yang digelar di Batu, Malang, Jawa Timur (22/4/2021).

"Kegiatan ini merupakan acara rutin tahunan. Tahun ini digelar di Bandung dan Batu Malang," kata Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Rafinasi (AGRI) Gloria Guida Manulu, Jumat (23/4/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wakil Ketua AGRI M. Yamin Rahman mengungkap, optimisme pemulihan sektor industri makanan dan minuman setidaknya tercermin dari meningkatnya permintaan bahan baku dalam hal ini gula rafinasi. Dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan kesiapan seluruh industri pemasok gula rafinasi untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan nasional.

ADVERTISEMENT

"Permintaan GKR dari IKM mulai meningkat sejalan dengan mulai membaiknya perekonomian nasional. AGRI berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan IKM dalam bentuk mensuport penuh kebutuhan GKR dari IKM," jelasnya.

Kondisi itu dibenarkan Guru Mujib, pemilik AR Bakery and Donut di Nganjuk yang produknya dipasarkan ke Madiun, Ngajuk dan Kediri. Ia sendiri mengaku tak ada masalah dengan pasokan gula yang dalam kondisi ramai, mampu menyerap 2,5 kuintal gula/ hari. Mujib mengaku siap memacu produksinya apa lagi jelang hari raya Lebaran.

Hal senada disampaikan Tjokro Tjahyono, pemilik industri makanan ringan dengan merk dagang Happy Tos di Malang. Usaha tersebut telah dikelola puluhan tahun. Saat ini per bulan ia menggunakan GKR sebanyak 60 ton. Dibeli dari pabrik GKR di Cilegon seharga Rp 10.000 per kg, termasuk ongkos angkut dan pajak. Pasokan gula rafinasi pun disebutnya aman tanpa kendala.

"Lancar-lancar saja kok. Pengiriman pun cepat. Paling lama dua hari sudah sampai di Malang," pungkasnya.

Optimisme ini sekaligus menepis kabar yang belakangan sempat ramai perihal bergugurannya IKM di Jawa Timur imbas seretnya pasokan gula rafinasi.

Melihat kecukupan pasokan tersebut, kuota tambahan impor gula rafinasi agaknya tak perlu dilakukan. Pemerintah cukup menjalankan alokasi yang sudah ditetapkan di awal tahun saja.

Ketua DPD APTRI Kebon Agung, Malang, Dwi Irianto mengatakan, bila kuota impor gula rafinasi ditambah, ia justru khawatir itu malah merembes ke pasar konsumsi dan mengganggu industri gula berbasis tebu rakyat khususnya di Jawa Timur.

"Stok gula petani sisa giling 2020 masih ada 42 ribu ton. Yang jadi masalah saat ini adalah perembesan dengan modus adanya over sak/ penggantian karung gula rafinasi menjadi gula kristal putih," sebut dia.

Ini, ungkap Dwi, terjadi di sejumlah daerah di Jawa Tengah hingga Jawa Barat. Pelakunya sudah tertangkap.

"Saya sudah tanya ke sejumlah pengusaha IKM, nggak ada kelangkaan. Ini kan disuarakan oleh oknum bayaran, yang dipakai oleh pengusaha supaya dapat ijin impor. Kalau ijin keluar, ini mematikan kita lagi. Tahun ini saja saya belum giling. Gula saya tahun giling 2020 masih ada 42 ribu ton," bebernya.

Hal senada disampaikan Ketua Umum APTRI, Soemitro Samadikoen. Menurutnya, di Jawa Timur khususnya, tidak ada pabrik gula rafinasi. Yang ada justru pabrik gula berbasis tebu. Sehingga menurutnya, adalah hal yang aneh bila ada suara kelangkaan gula rafinasi datang dari pelaku usaha di Jawa Timur.

"Pengusaha itu harus lihat sekelilingnya itu kan banyak petani. Basis kita di Jawa Timur ini adalah basis gula untuk konsumsi dari tebu, kok minta jatah impor," tegasnya.

Menurut perhitungannya, produksi di Jawa Timur berkisar antara 1-1,1 juta ton. Dengan adanya tambahan dari impor maka produksi di Jawa Timur menjadi 1,3 juta ton GKP. Sementara, peruntukan konsumsi gula di Jawa Timur kurang lebih hanya 450 ribu ton.

"Tolong yang minta izin impor itu tolong buktikan bahwa itu murni kebutuhan mamin. Kalau diperlukan kami para petani siap untuk ketemu dengan pihak minta impor untuk industri mamin, tunjukan industri mana yang mengalami kekuarangan. Bila perlu diaudit, kebutuhannya berapa? Produksinya berapa?" tandas dia.


Hide Ads