Salam tempel saat Lebaran seakan sudah menjadi tradisi di Indonesia. Di zaman serba teknologi sekarang ini, tak jarang orang yang memberi mengabadikan momennya di media sosial (medsos).
Apakah jadinya riya? Definisinya riya sendiri menurut Abu Bakr ibn Arabi adalah memperlihatkan diri ketika melakukan suatu amal, sementara hatinya menginginkan pujian dari manusia.
Ustaz Yusuf Mansur mengatakan semua itu tergantung dari orang yang melihat konten tersebut. Sebagai netizen yang melihat, sebaiknya jangan berburuk sangka dan menganggap konten itu untuk riya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertama kita melihatnya dulu jangan buruk sangka. Kalau kita melihatnya buruk sangka ya kita yang salah," katanya dalam Podcast Tolak Miskin detikcom, dikutip Minggu (25/4/2021).
Yusuf Mansur menyebut pemberian salam tempel yang dijadikan konten di medsos bisa untuk memotivasi yang lain untuk ikut bersedekah. Dengan begitu semakin banyak yang berbuat kebaikan di bulan Ramadhan yang suci ini.
"Kan kita nggak tahu hati seseorang bisa jadi niat-niat beliau itu mengabarkan, kemudian menyebarkan dalam bentuk dakwah, mengajak, terus kita yang melihat sewot, yang salah siapa?" ucapnya.
Saat melihat konten kebaikan di medsos seperti memberikan salam tempel, disarankan kita yang melihat mendoakan yang baik. Paling tidak bisa seperti mereka yang memberikan kebaikan salam tempel.
"Paling tinggi dari kita yang melihat hal-hal seperti itu adalah doa, bukan buruk sangka. Paling mentok harusnya doa, misalkan kita melihat orang ini riya, sombong, jangan itu yang keluar tapi doa 'mudah-mudahan beliau bukan riya dan bukan sombong', tandasnya.
Baca juga: THR PNS Cair Tinggal Menghitung Hari |