Kejadian itu, dirasakan tidak saja dirinya. Namun hampir seluruh pengusaha/perajin batik merasakan hal yang sama.
"Adanya pendemi ini, para perajin batik berkurang. Katakanlah kalau dulu ada sepuluh ribu, saat ini mungkin hanya seribu saja, sekitar sepuluh persen yang masih bertahan," terang Failasuf
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak ingin berdiam diri dari keterpurukan, dirinya memutar otak untuk mengarah ke pasar on line. Tentunya, dengan merubah konsep batik, dengan melakukan inovasi-inovasi baru, yang bisa untuk menembus kaum milenial.
"Ya kita harus update, asah terus untuk berinovasi, agar bisa menembus kalangan milenial yang biasa akses secara online," katanya.
Failasuf menyebut, salah satu karya batik Pesisirnya yakni batik artego.
"Kita berinovasi, dengan batik kreatif kita, agar bisa di jual di pasar on line. Desain-desain bangunan Belanda jadul, kita tuangkan dalam sebuah karya batik, di median kain sutra, yang mempunyai makna dan filsafat yang kuat" jelasnya.
Diakuinya dengan kreativitas perajin batik ini, bisa menyentuh di pasaran online.
"Alhamdulillah respon pasar bagus dan sedikit bergairah kembali, walaupun belum berpengaruh besar," katanya.
Failasuf berharap, agar pandemi Corona ini segera berakhir, untuk kembali menggeliatkan pasar batik di offline. Lebih-lebih perajin batik, selama ini bertumpu dari kegiatan arus mudik dan arus balik Lebaran.
(hns/hns)