Selama kuartal I-2021, neraca dagang Indonesia mengalami surplus hingga US$ 5,52 miliar. Sayangnya, jika melihat dari kinerja perdagangan dengan beberapa negara, neraca dagang Indonesia masih defisit alias tekor dengan China, Singapura, Thailand hingga Korea Selatan.
Selama kuartal tersebut, nilai ekspor Indonesia ke China mencapai US$ 10,21 miliar. Di sisi lain, nilai impor dari China mencapai US$ 12,21 miliar. Dengan demikian, neraca dagang Indonesia dengan China masih defisit alias tekor US$ 2 miliar.
"Ekspor kita ke Tiongkok tumbuh cukup sehat, US$ 10,21 miliar, dan ini meskipun kita masih mengimpor lebih dari US$ 12 miliar, terjadi defisit US$ 2 miliar," kata Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dalam konferensi pers virtual, Rabu (5/5/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
China sendiri termasuk dalam daftar 10 negara tujuan ekspor utama Indonesia. Selain dengan China, neraca dagang Indonesia juga masih tekor dengan Singapura, yakni sampai US$ 960 juta. Kemudian, dengan Thailand tekor US$ 180 juta, dan dengan Korea Selatan Tekor US$ 610 juta. Ketiga negara itu juga termasuk dalam daftar 10 negara tujuan ekspor utama.
Tak hanya itu, kinerja neraca dagang Indonesia juga masih tekor dengan negara-negara di luar daftar tersebut. Misalnya dengan Australia masih tekor US$ 1,26 miliar. Lalu, dengan Arab Saudi juga masih defisit US$ 540 juta, dan dengan Uni Emirat Arab juga defisit US$ 240 juta.
Meski begitu, menurut Lutfi, kinerja neraca dagang Indonesia masih mengalami surplus dengan negara-negara tujuan ekspor utama lainnya. Contohnya dengan Amerika Serikat (AS) yang masih surplus US$ 3,32 miliar. Begitu juga dengan Jepang sebesar US$ 970 juta, dan India sebesar US$ 1,2 miliar.
"Kemudian kita hampir breakeven dengan jepang yaitu US$ 0,97 miliar karena ekspor kita US$ 4,11 miliar, dan impor US$ 3,14 miliar. Jadi surplus hampir US$ 1 miliar. India kita masih surplus US$ 1,2 miliar," terang Lutfi.
Secara keseluruhan, ia menilai pertumbuhan ekspor dan impor Indonesia cukup sehat. Apalagi, pada bulan Maret 2021, ekspor non migas Indonesia mencetak rekor, yaitu US$ 17,45 miliar.
"Jadi kalau kita bisa melihat total dari semua ini, pertumbuhannya cukup sehat," pungkas dia.