Pengusaha rest area terdampak signifikan dengan adanya larangan mudik 6-17 Mei 2021. Tak tanggung-tanggung, aturan itu membuat pengusaha merugi hingga Rp 20 miliar.
"Sekarang kan larangan mudiknya lebih dari 10 hari, (ya) rugi. Kalau seluruh rest area bisa sampai Rp 20 miliar karena larangan mudik, ini di 2021 saja," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Rest Area Indonesia (Aprestindo) R Widie Wahyu GP kepada detikcom, Selasa (11/5/2021).
Widie mengatakan, penjualan para tenant di rest area hanyalah 5-10%, bahkan nyaris nihil. Sementara itu, para tenant harus tetap buka, sehingga biaya operasional tetap keluar meski pengunjung sepi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang paling kasihan ya tenant-tenant. Karena mereka mengharapkannya dari mobil kecil. Sementara mobil kecil bisa dibilang nggak ada sama sekali. Jadi penjualan mereka itu drop sampai 90-95%. (Tapi) biaya operasional tetap jalan," terang Widie.
Selain itu, para pengusaha juga tetap menggaji karyawan dengan normal dan punya kewajiban membayar THR.
"Kita tetap bayar gaji seperti biasa, bayar THR juga normal," imbuh dia.
Saat ini, yang dilakukan pengusaha hanyalah mengurangi jumlah karyawan yang bertugas dalam 1 shift.
"Biasanya pada saat mudik semua karyawan rest area tidak boleh cuti, jadi mereka harus tetap masuk. Nah dari tahun kemarin dan tahun ini, mereka boleh cuti. Karena toh kita juga kerjaannya berkurang jauh. Jadi rata-rata pengusaha hanya mengurangi jumlah orangnya saja," terang dia.
Tak hanya itu, dengan jumlah pengunjung yang sepi, para pengusaha rest area kini banyak yang melakukan pembersihan area secara menyeluruh alias general cleaning.
"Beberapa rest area malah kita sekarang lagi general cleaning. Membersihkan toilet, saluran, mumpung lagi sepi kan, nggak ada orang jadi kita general cleaning, semua area," pungkasnya.
Simak video 'Curhat Pedagang Rest Area Soal Larangan Mudik: Kacau Banget!':