Harga Pangan Mahal 'Nggak Ada Obat' Jelang Lebaran, Pemerintah Mau Apa?

Harga Pangan Mahal 'Nggak Ada Obat' Jelang Lebaran, Pemerintah Mau Apa?

Vadhia Lidyana - detikFinance
Selasa, 11 Mei 2021 20:45 WIB
Harga Pangan
Foto: Trio Hamdani
Jakarta -

Harga pangan selalu naik menjelang hari besar keagamaan nasional (HKBN), terutama Ramadhan-Idul Fitri. Kenaikannya pun tak tanggung-tanggung, bisa dua kali lipat atau lebih, seperti yang terjadi tahun ini, khususnya untuk komoditas cabai.

Hari ini, Selasa (11/5/2021), harga cabai rawit merah tembus Rp 80.000/Kg di sejumlah pasar di DKI Jakarta, antara lain Pasar Rawa Badak, Pramuka, Pulo Gadung, Pasar Baru Metro Atom, Pesanggrahan, Tebet Barat, Kalibaru, dan Rawa Mangun berdasarkan data Informasi Pangan Jakarta.

Fenomena lonjakan harga pangan jelang Lebaran itu sudah terjadi berlarut-larut dan belum ditemukan solusinya. Namun, menurut Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan, pemerintah dan dunia usaha sedang mencari solusi untuk persoalan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pemerintah bersama-sama asosiasi dan pelaku usaha, sedang duduk bersama untuk menciptakan iklim usaha yang berkesinambungan dan sustainable," kata Oke kepada detikcom, Selasa (11/5/2021).

Ke depannya, pemerintah berharap fluktuasi harga pangan bisa terkendali, terutama menjelang HKBN.

ADVERTISEMENT

"Artinya harus kondusif dan tidak dibebani ketidakpastian terutama dari pengaruh2 negatif faktor eksternal (kondisi ekonomi global). Sustainable termasuk terhadap fluktuasi harga yang terkendali termasuk dalam menghadapi hari besar keagamaan nasional," terang dia.

Khususnya untuk harga cabai rawit merah yang kembali melonjak jelang Lebaran ini, Oke mengungkapkan penyebabnya adalah gangguan penyerapan pasokan cabai oleh pedagang eceran menjelang Lebaran 2021. Pasalnya, sejumlah petani melakukan penundaan panen.

"Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia menginformasikan bahwa produksi cabai di daerah sentra cukup untuk memenuhi kebutuhan Lebaran, namun sebagian petani di sentra produksi cabai melakukan penundaan panen hingga 2-3 hari," ungkap Oke.

Oke menerangkan, penundaan itu membuat jumlah pengiriman ke sentra konsumsi turun, salah satunya DKI Jakarta karena tingkat penyerapan cabai di tingkat pasar induk tidak sebanyak biasanya akibat berkurangnya pedagang cabai di pasar eceran yang mudik Lebaran sebelum periode pelarangan mudik pada 6 Mei lalu.

"Karena itu, pengiriman hasil panen menuju daerah DKI Jakarta berisiko tidak terserap oleh pedagang besar di pasar induk sehingga harga di pasar eceran naik," terangnya.

Menyikapi hal tersebut, pihaknya rutin memantau harga dan pasokan cabai di tingkat pasar eceran dan pasar induk, termasuk juga memantau distribusi.

"Kemensag juga terus mengawasi kelancaran distribusi barang kebutuhan pokok selama periode Lebaran 2021 bekerjasama dengan Kementerian Perhubungan serta Satgas Pangan agar komoditi barang kebutuhan pokok cukup tersedia di masyarakat," pungkasnya.

(vdl/dna)

Hide Ads