Penggilingan padi modern menarik minat investor asing. Hal ini terbukti pada PT Lumbung Padi Indonesia yang mendapat pendanaan dari Amerika Serikat (AS) sebesar US$ 21 juta atau sekitar Rp 189 miliar.
Lumbung Padi Indonesia didirikan oleh Fara Luwia. Bisnis ini dirintisnya dari tahun 2008 dengan membuka penggilingan padi modern.
Bersama timnya, ia mendirikan usaha penggilingan padi modern yang berlokasi di Mojokerto, Jawa Timur dengan luas area sekitar 6 hektar (ha). Jawa Timur dipilih sebagai lokasi proyek percontohan karena merupakan produsen padi terbesar di Indonesia. Setiap tahunnya, produksi beras di Jawa Timur mencapai 7 juta ton.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk membuat penggilingan padi modern, Fara menggandeng Satake Corporation Japan untuk memberikan dukungan teknologi.
"Kami bekerjasama dengan Satake Corporation Japan (Satake) dalam mendukung dari sisi teknologi secara menyeluruh baik untuk proses pengolahan padi maupun untuk pengembangan usaha lainnya yang berhubungan dengan pengolahan beras yang akan dikembangkan di masa yang akan datang," katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (19/5/2021).
Penggilingan padi ini terintegrasi mulai dari pengeringan, penggilingan sampai pemilahan beras berdasarkan warna dan kualitas pecah beras. Teknologi ini juga mampu menganalisis kualitas padi.
Seiring berjalannya waktu, Lumbung Padi Indonesia mendapatkan investasi dari lembaga pembiayaan milik pemerintah AS, Overseas Private Investment Corporation (OPIC) dengan nilai US$ 21 juta atau sekitar Rp 189 miliar.
"Saya mendirikan bisnis ini karena melihat peluang dan isu sosial yang terjadi, PT Lumbung Padi Indonesia tidak hanya berbisnis namun juga hadir sebagai pendorong kebangkitan petani lokal." ujarnya.
Ia berharap, ke depannya produk pertanian Indonesia dapat bersaing dengan negara lain. Dia juga mengatakan, pengembangan SDM merupakan kegiatan yang harus dilakukan.
"Melalui usaha ini, kami dapat menyerap sebanyak-banyaknya hasil petani Indonesia untuk diolah dengan teknologi modern sehingga memiliki nilai tambah tinggi yang bisa dinikmati petani Indonesia. Ke depan kami juga berencana untuk memberikan pelatihan-pelatihan dan bantuan teknis teknologi pada petani mitranya agar dapat bertani dengan lebih canggih," tambah Fara.
(acd/zlf)