Ketua Banggar Dukung Tarif Pajak Naik, tapi Ada Syaratnya

Ketua Banggar Dukung Tarif Pajak Naik, tapi Ada Syaratnya

Anisa Indraini - detikFinance
Kamis, 20 Mei 2021 15:49 WIB
Menteri PPN/Kepala Bapennas Bambang P.S Brodjonegoro (tengah) berfoto bersama mahasiswa seusai memberikan Kuliah Umum Memacu Pembangunan Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi Nasional di Kampus ITB, Bandung, Jawa Barat, Jumat (25/8). Kuliah umum ini bertujuan untuk memberikan pemahaman, edukasi dan peran mahasiswa agar berperan aktif membangun perekonomian nasional kedepannya. Bambang mengatakan, untuk keluar dari Middle Income Trap (MIT) dan peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia memerlukan percepatan pembangunan infrastruktur mencapai 6,4 persen rata-rata (2016-2045). ANTARA FOTO/Fahrul Jayadiputra/17
Foto: dok. Bappenas
Jakarta -

Ketua Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Said Abdullah mendukung rencana pemerintah untuk menaikkan tarif pajak pertambahan nilai (PPN). Menurutnya, langkah ini dilakukan demi menjaga pengelolaan fiskal.

Said mengusulkan kenaikan tarif PPN dilakukan dengan skema multitarif, artinya tarif PPN berdasarkan barang regular dan barang mewah. Sehingga, perlu dilakukan revisi terhadap UU 46/2009 tentang PPN.

"Dalam kerangka menggulirkan demand yang lebih tinggi dan menjaga fiskal kita, mau tidak mau pemerintah menurut hemat saya layak lah tahun 2022 menaikkan PPN," kata Said di Kompleks Parlemen DPR RI, Jakarta, Kamis (20/5/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski begitu, Said mau ada syaratnya jika ingin tarif PPN naik. Pemerintah diminta bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi di kisaran 5% hingga akhir 2021.

"Kalau trennya bagus terus sampai Q4 (2021) rata-rata kita bisa sampai 4-5%, maka memasuki 2022 layak memang pemerintah untuk menaikkan PPN," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, diakui bahwa kenaikan tarif PPN ini akan berdampak kepada masyarakat. Katanya akan lebih berat untuk kalangan menengah, bukan kelompok bawah.

"PPN itu tidak boleh kita pandang seakan-akan masyarakat bawah saja yang akan terkena dampak, sebenarnya masyarakat bawah kan ada stimulus dari pemerintah. Ini kan kelas menengah sebenarnya yang kelihatannya agak lebih kencang," imbuhnya.

(aid/fdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads