Sebuah telesurvei yang dilakukan oleh Cyrus Network kepada 2.000 responden untuk mengetahui manfaat dari Program Kartu Prakerja dari gelombang 1 sampai gelombang 11. Sejumlah temuan didapatkan pada survei kali ini mulai dari tingkat kepuasan hingga manfaat dari Program Kartu Prakerja.
Telesurvei dilakukan dengan menggunakan metode simple random sampling dari penerima Kartu Prakerja gelombang 1-11. Survei dilakukan dengan metode wawancara melalui telepon pada 1-5 Mei 2021.
Saat memaparkan hasil 'Survei Persepsi Penerima Kartu Prakerja terhadap Penyelenggaraan Program Kartu Prakerja', Direktur Riset Cyrus Network, Fadhil MR mengungkapkan dari survei tersebut tercatat 96,2% responden merasa puas dan sangat puas terhadap platform digital Program Kartu Prakerja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian 96,7% menyatakan puas dan sangat puas terhadap lembaga pelatihan di ekosistem Program Kartu Prakerja, serta 96,1% puas dan sangat puas terhadap mitra pembayaran insentif Program Kartu Prakerja.
Selanjutnya, terhadap pelatihan yang diselenggarakan Kartu Prakerja, sebanyak 98,7% responden mengaku mendapat manfaat dari pelatihan itu. Di sisi lain, 92,6% merasa ilmu yang didapat bisa diaplikasikan di tempat kerja dan tempat usaha.
Selain mendapatkan tambahan pengetahuan dan keterampilan setelah mengikuti pelatihan Kartu Prakerja, mayoritas dari mereka mengalami perbaikan sikap setelah mengikuti pelatihan tersebut.
Lebih lanjut dari sisi peningkatan produktivitas, sebanyak 91,9% merasa mampu mengerjakan pekerjaan lebih baik dibandingkan sebelum mengikuti pelatihan, serta 86,2% mampu mengerjakan pekerjaan lebih banyak dibandingkan sebelum mengikuti pelatihan.
"Demikian juga, 92% mengaku lebih baik dalam menyangkut ketepatan waktu mengerjakan pekerjaan," kata Fadhil dalam keterangan tertulis, Minggu (23/5/2021).
Survei ini juga mencatat sebanyak 83,8% peserta menyatakan materi pelatihan yang diambil sesuai dengan kebutuhan dalam bekerja, 96,8% mampu beradaptasi dengan baik di dunia kerja, dan 92,3% mampu bersaing dengan baik di perusahaan tempat bekerja.
Lalu, 92,8% merasa memiliki kreativitas tinggi, 93,7% lebih mampu memilih bahan baku berkualitas, 96,1% mampu menentukan harga terbaik bagi produk yang dibuat, serta 94,3% memiliki metode pemasaran produk yang baik dan mampu memanfaatkan media/media sosial untuk memasarkan produk.
Khusus di bidang wirausaha, 97,1% penerima Kartu Prakerja menyatakan lebih percaya diri, 97,3% menjadi lebih optimistis, 98,4% menjadi lebih berinisiatif serta disiplin dalam berusaha, dan 98,0% menjadi lebih bertanggung jawab.
Sejalan dengan Survei Lain
Mengenai hasil survei ini, Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari mengapresiasi survei yang dipaparkan bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional. Menurutnya, temuan Cyrus Network dalam survei tersebut positif terhadap Program Kartu Prakerja.
"Secara umum, kami lega, karena hasil survei ini sangat positif. Tidak hanya terkait proses dalam mengikuti Kartu Prakerja, tapi juga hasil yang didapat. Tidak hanya keterampilan yang diperoleh, tapi juga menyangkut sikap," kata Denni.
Denni mengungkapkan, hasil survei Cyrus Network senada dengan hasil Survei Evaluasi yang dilakukan Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja, Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS, maupun mini survei yang dilakukan oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) pada tiga bulan pertama pelaksanaan Program Kartu Prakerja.
Denni memaparkan berdasarkan survei online TNP2K pada Juni 2020 menunjukkan 90,7% responden menyatakan pelatihan-pelatihan Program Kartu Prakerja efektif untuk meningkatkan kompetensi.
Sementara Sakernas BPS pada Agustus 2020 dengan metode tatap muka langsung menyebut 88,9% responden mengaku keterampilan kerja mereka naik setelah mengikuti pelatihan di ekosistem Program Kartu Prakerja.
Demikian pula Survei Evaluasi 1-3 yang dilakukan Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja secara online pada para penerima Kartu Prakerja 2020, mengungkapkan 94-97% peserta merasa keterampilannya meningkat.
"Ternyata hasil telesurvei Cyrus Network ini tidak berbeda. Artinya (survei-survei) ini saling memperkuat," jelasnya.
Dengan melihat hasil survei yang kurang lebih sama, Denni menyebut kesimpulannya Program Kartu Prakerja positif di mata penerima. Apalagi, ini bukan program berulang, sebab penerima Kartu Prakerja pada 2021 tidak sama dengan tahun lalu.
Berbasis dari hasil survei Cyrus Network ini, Manajemen Pelaksana Program berjanji tidak pernah merasa berpuas diri dan akan terus melakukan berbagai perbaikan dari kekurangan yang ada.
Salah satunya dengan memperkuat sosialisasi lewat media sosial. Sebab temuan survei ini cocok dengan dugaan awal bahwa sosialisasi yang baik bukan berupa tatap muka.
"Misalnya, edukasi menekankan saldo pelatihan itu tidak bisa diuangkan, dan ada banyak pilihan bagi peserta untuk mengambil pelatihan kedua dan seterusnya," papar Denni.
Langkah lain yang dilakukan yakni menambah fitur dashboard dengan rekomendasi pelatihan selanjutnya, lalu melakukan kolaborasi lebih baik lagi untuk meningkatkan kualitas pelatihan.
"Juga meningkatkan kolaborasi untuk memberi value bagi alumni, khususnya mereka yang sudah mengambil langkah untuk berwirausaha," jelasnya.
Baca juga: Ini 3 Alasan Kartu Prakerja Perlu Dilanjut |
Prakerja Bukan Hanya untuk Pengangguran
Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah turut buka suara atas survei ini. Menurut Piter, tidak banyak program yang dirancang dari nol, namun dalam pelaksanaannya terus dievaluasi dan hasil evaluasinya disampaikan ke publik secara transparan.
Dia mengatakan, pola seperti ini seharusnya dilakukan untuk semua program pemerintah agar proses pembelajaran dan perbaikan terjadi secara berkesinambungan.
"Kita tidak bisa mengharapkan sebuah program yang sejak awal sudah sempurna. Kesempurnaan hanya bisa diwujudkan melalui proses evaluasi dan perbaikan secara terus menerus," kata Piter.
Piter menyatakan ketidaksetujuannya jika dikatakan Kartu Prakerja sebaiknya hanya untuk mereka yang menganggur. Menurutnya, hal ini harus dikembalikan kepada tujuan Kartu Prakerja yakni meningkatkan kapasitas, kompetensi, dan skill angkatan kerja Indonesia.
Peningkatan kompetensi tidak semata dibutuhkan buat mereka yang belum bekerja, tetapi yang sudah bekerja juga perlu masa depan lebih baik.
"Kita yang bekerja bertahun-tahun pun masih perlu peningkatan kompetensi. Jadi, salah kalau ada suara agar Kartu Prakerja hanya ditujukan kepada mereka yang belum bekerja," jelasnya.
Pendapat lain datang dari Kepala Kelompok Kerja Kebijakan TNP2K Elan Satriawan. Menurut Elan, selain hal-hal positif yang dipaparkan, survei ini juga harusnya perlu dikembangkan lebih jauh lagi.
"Misalnya memetakan apakah mereka yang jawabannya kurang positif mengenai pengalamannya dengan Kartu Prakerja menumpuk di daerah tertentu, sehingga bisa ada perbaikan-perbaikan di situ, misalnya meningkatkan edukasi, menambah fitur, dan lain-lain," kata Elan.
(ega/zlf)