Maskapai penerbangan pelat merah Garuda Indonesia dikabarkan akan melakukan restrukturisasi besar-besaran pada bisnisnya. Garuda disebut akan melakukan pengurangan setengah armada pesawat yang dioperasikannya.
Dilansir dari laporan Bloomberg, hal itu diungkapkan langsung oleh Direktur Utama Irfan Setiaputra dalam rapat internal pada 19 Mei lalu dengan stafnya.
"Kami harus melalui restrukturisasi yang komprehensif, secara total," ungkap Irfan dalam rapat tersebut, dilansir dari Bloomberg, Minggu (23/5/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Irfan dan manajemen Garuda Indonesia disebut akan melakukan pengurangan armada pesawat yang beroperasi, dari awalnya 142 pesawat menjadi hanya 70 pesawat saja.
"Kami memiliki 142 pesawat dan perhitungan awal kami tentang bagaimana kami melihat pemulihan ini telah berjalan, kami akan beroperasi dengan jumlah pesawat tidak lebih dari 70," ungkap Irfan.
Jumlah itu pun disebut sudah berkurang sebanyak 41 pesawat. Garuda disebut tidak dapat menerbangkan pesawat-pesawat itu karena belum melakukan pembayaran kepada penyewa pesawat selama berbulan-bulan.
Armada sebanyak itu pun belum termasuk armada anak usahanya, Citilink yang beroperasi di pasar penerbangan murah alias low cost carrier (LCC).
Garuda juga dilaporkan memiliki utang sekitar Rp 70 triliun, utang itu disebut akan meningkat sekitar Rp 1 triliun setiap bulannya karena Garuda terus menunda pembayaran.
Saking banyaknya utang tersebut, Garuda disebut berada dalam posisi keuangan terburuk selama satu dekade. Memiliki arus kas negatif dan ekuitas minus Rp 41 triliun rupiah, Dengan kondisi itu, apabila Garuda gagal melakukan program restrukturisasi, bisa membuat maskapai dihentikan secara tiba-tiba.
Irfan sendiri enggan berkomentar banyak saat dikonfirmasi detikcom mengenai laporan ini. Dia hanya mengatakan saat ini pihaknya sedang fokus mengurus program pensiun dini yang baru saja ditawarkan kepada karyawannya.
"Mohon maaf ya. No further comment (tidak ada komentar lebih lanjut) ya. Saya dan tim, biarkan kita fokus menyelesaikan soal pensiun dini, itu kan saudara-saudara kita sebangsa," kata Irfan kepada detikcom melalui pesan singkat.
Baru-baru ini Garuda memang menawarkan program pensiun dini kepada karyawannya. Dalam pernyataannya Irfan mengatakan program ini dilakukan sebagai salah satu upaya pemulihan kinerja usaha di era kenormalan baru atau new normal.
Pandemi Corona, kata Irfan, mengharuskan perusahaan melakukan penyesuaian aspek permintaan dan penawaran imbas penurunan jadwal penerbangan. Irfan mengatakan program ini bersifat sukarela.
Garuda Indonesia juga akan menjamin seluruh hak karyawan yang mengambil program pensiun dini ini. Irfan mengatakan Garuda Indonesia berupaya memberikan kesempatan kepada karyawan yang ingin merencanakan pensiun sebaik mungkin.
"Saat ini manajemen tengah dalam tahap awal penawaran program pensiun yang dipercepat bagi karyawan Garuda Indonesia yang memenuhi kriteria dan persyaratan keikutsertaan program tersebut. Penawaran program ini dilakukan sejalan dengan upaya pemulihan kinerja usaha yang tengah dijalankan perusahaan guna menjadikan Garuda Indonesia perusahaan yang lebih sehat serta adaptif menjawab tantangan kinerja usaha di era kenormalan baru" kata Irfan dalam keterangan yang diterima detikcom, Jumat (21/5/2021).
(hal/dna)