Ekonomi Mulai Pulih, Sri Mulyani Pantau 3 Risiko Ini

Ekonomi Mulai Pulih, Sri Mulyani Pantau 3 Risiko Ini

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Selasa, 25 Mei 2021 09:12 WIB
Ketua DPR RI Puan Maharani didampingi anggota dewan dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, menyampaikan kerangka kebijakan ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal (KEM PPKF) tahun 2022, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (20/05/2021).
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Tanda-tanda pemulihan ekonomi di sejumlah negara mulai terlihat. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan hal ini menjadi faktor positif untuk pemulihan ekonomi dalam negeri.

"Faktor positifnya adalah beberapa negara terutama perekonomian terbesar dunia yaitu Amerika Serikat dengan Tiongkok sudah mengalami akselerasi pertumbuhan ekonomi," katanya dalam konferensi pers, Selasa (25/5/2021).

Selain China dan AS, beberapa negara lain seperti Singapura, Korsel, Prancis, dan Taiwan juga menunjukkan ada pemulihan ekonomi pada kuartal I ini. Hal ini diharapkan akan berlanjut hingga kuartal II.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun demikian, Sri Mulyani bilang ada beberapa risiko yang masih perlu diwaspadai. Misalnya peningkatan kasus di beberapa negara yang akhirnya kembali melakukan pengetatan kegiatan ekonomi.

"Seperti singapura dengan pengetatan akibat ancaman COVID mungkin juga akan mempengaruhi pemulihan ini di kuartal II," katanya.

ADVERTISEMENT

"Sehingga pasti mempengaruhi outlook dari berbagai negara di kuartal II, munculnya varian baru dan tentu memunculkan pertanyaan varian baru ini akan mengancam, dan tentu akan dipertanyakan bagaimana efektivitas vaksin dengan munculnya varian baru," jelas Sri Mulyani.

Kedua, yang dipantau adalah kecepatan vaksinasi dan akses vaksin yang tidak merata. Dia bilang banyak negara yang belum mendapatkan terutama negara-negara miskin, di mana terjadi proteksionisme untuk mengamankan suplai stok masing-masing negara.

Ketiga, di sektor keuangan, kebijakan moneter AS dan inflasi yang cukup tinggi di negara Paman Sam tersebut juga jadi perhatian untuk stabilitas pasar.

"Inflasi AS 4,2 itu suatu angka yang tinggi menimbulkan kewaspadaan di sektor keuangan. Kita harus menjaga momentum di saat sama tetap waspada risiko yang begitu sangat dinamis," kata Sri Mulyani.

(eds/eds)

Hide Ads