Belanja daerah kembali jadi sorotan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Menurutnya, belanja daerah banyak digunakan untuk pegawai daripada menolong masyarakat. Berikut pernyataan Sri Mulyani tersebut:
1. Tak Sinkron dengan Pusat
Sri Mulyani mengatakan, pemerintah pusat menggunakan belanjanya untuk melindungi masyarakat dan memulihkan ekonomi. Namun, langkah tersebut tak sinkron dengan belanja daerah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Realiasi belanja daerah hingga April 2021 sendiri sebesar Rp 143,89 triliun atau 12,7% dari APBD.
"Kita sudah menyampaikan kemarin di DPR juga beberapa hal yang perlu untuk diperbaiki dari pengelolaan APBD ini. Belanja daerah kita masih rendah pada saat kita melakukan counter cyclical in action, yaitu pemerintah pusat menggunakan belanjanya untuk melindungi rakyat, memulihkan ekonomi, belanja daerah masih belum sinkron," paparnya dalam konferensi pers APBN KITA, Selasa (25/5/2021).
Baca juga: Pemerintah Tarik Utang Rp 410 T hingga April |
2. Habis untuk Pegawai
Sri Mulyani mengatakan, belanja daerah lebih banyak digunakan untuk belanja pegawai daripada menolong masyarakat. Kemudian, banyak dana yang masih tersimpan di bank.
"Karena tadi, lebih banyak hanya untuk belanja pegawainya daripada menolong kepada masyarakat, atau belanja-belanja yang memang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Atau dananya yang sudah ditransfer masih masuk dalam simpanan Pemda di perbankan yang mencapai Rp 194,54 triliun ini naik 3 bulan berturut-turut makin tinggi," paparnya
3. Belum Seirama Bantu Masyarakat
Dia kembali menuturkan, APBD belum seirama dengan APBN yang bekerja membantu masyarakat.
"Jadi APBD belum bekerja secara sinkron dan optimal seiring dan seirama dengan APBN yang melakukan actionnya untuk membantu masyarakat," ujarnya.
Tonton Video: Tito Ungkap Modus Kepala Daerah Dibodohi Lewat Belanja Pegawai