Alasan Giant Tutup Seluruh Gerai: Kurang Laku Dibanding Hero dan IKEA

Alasan Giant Tutup Seluruh Gerai: Kurang Laku Dibanding Hero dan IKEA

Hendra Kusuma - detikFinance
Rabu, 26 Mei 2021 19:00 WIB
Giant BSD Diserbu Pengunjung
Foto: Dok. Pembaca Detikcom Tami
Jakarta -

Seluruh gerai supermarket Giant bakal ditutup pada akhir Juli 2021 mendatang. Totalnya, ada 395 gerai Giant yang bakal ditutup.

Sebaliknya, perusahaan induk Giant, PT Hero Supermarket Tbk bakal fokus mengembangkan IKEA, Guardian, hingga Hero Supermarket. Head of Corporate and Consumer Affairs Diky Risbianto menyatakan potensi pertumbuhan dari tiga brand tersebut lebih tinggi dibandingkan Giant.

"Kami melihat potensi pertumbuhan yang lebih tinggi dari IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket. Kami akan memfokuskan investasi kami dalam proses pengembangan ketiga brand tersebut," ungkap Diky kepada detikcom, Rabu (26/5/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diky mengatakan perusahaan sudah melakukan peninjauan strategis perusahaan, hasilnya pola belanja konsumen sudah beralih dari format hypermarket macam Giant.

Diky menilai justru potensi pertumbuhan yang baik dengan performa positif terdapat pada bisnis layanan furnitur rumah tangga, kecantikan dan kesehatan, dan pasar premium kebutuhan sehari-hari. Ketiganya ada di IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket.

"Berdasarkan tinjauan strategis perusahaan, kami melihat peralihan konsumen Indonesia dari format hypermarket dalam beberapa tahun terakhir. Sementara itu, kami melihat potensi pertumbuhan yang baik dan performa positif di sektor layanan furnitur rumah tangga yang disediakan IKEA," papar Diky.

ADVERTISEMENT

"Kecantikan dan kesehatan melalui Guardian, serta pasar premium untuk kebutuhan sehari-hari melalui Hero Supermarket," lanjutnya.

Keuangan Giant juga berdarah-darah. Klik halaman berikutnya.

Sementara itu jika dilihat dari kinerja keuangannya, perusahaan induk Giant, PT Hero Supermarket Tbk memang sedang berdarah-darah dalam beberapa waktu terakhir.

Perusahaan dengan kode saham HERO ini mengalami kerugian hingga Rp 1,2 triliun sepanjang tahun 2020. Torehan kerugian ini jauh lebih parah dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp 33,18 miliar.

Sepanjang 2020 HERO hanya berhasil mengantongi pendapatan bersih Rp 8,89 triliun. Angka itu turun dibandingkan tahun sebelumnya Rp 12,18 triliun.

Beban pokok pendapatan sebenarnya turun dari Rp 8,73 triliun di 2019 menjadi Rp 6,49 triliun. Namun beban usaha naik dari Rp 3,49 triliun menjadi Rp 3,55 triliun.

Kemudian biaya keuangan juga meningkat drastis dari Rp 4,9 miliar di 2019 menjadi Rp 112,69 miliar. Jumlah aset HERO juga mengalami penyusutan dari Rp 6 triliun di akhir 2019 menjadi Rp 4,84 triliun di akhir 2020.

Sementara jumlah liabilitas justru mengalami kenaikan dari Rp 2,39 triliun di akhir 2019 menjadi Rp 2,98 triliun di akhir 2020.

Pada tiga bulan pertama atau kuartal I-2021, HERO masih mencatatkan kerugian sebesar Rp 1,65 miliar. Hal ini disebabkan kinerja penjualan dan pendapatan usaha yang turun menjadi Rp 1,76 triliun.


Hide Ads