Masalah kriteria penunjukan Abdi Negara Nurdin atau Abdee Slank sebagai komisaris PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk menuai kritik. Salah satunya, dari mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu.
Said Didu bahkan menyindir jika Abde bermain gitar untuk menyelesaikan persoalan di perusahaan pelat merah tersebut.
Merespons hal itu, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulangga buka suara. Dia mengatakan, kriteria peilihan komisaris jelas. Dia menjelaskan, Telkom ialah perusahaan telekomunikasi yang selama ini bertumpu pada infrastruktur. Ke depan, Telkom akan bertranformasi ke digital.
Menurutnya, dalam tranformasi ini dibutuhkan orang-orang yang punya pengalaman khususnya di konten digital.
"Di sanalah kita butuh orang-orang seperti di komsiaris yang memang punya pengalaman khususnya untuk digital khususnya konten digital. Dan kita tahu Abdee ini, Abdi Negara orang yang memang sudah punya pengalaman khususnya di bidang musik digital dan itu salah satu pemahaman Abdee untuk terutama digital konten. Hal inilah yang kita butuhkan juga," katanya kepada detikcom, Minggu (30/5/2021).
Arya mengatakan, tahun lalu pemerintah sudah mengangkat Muhammad Fajrin Rasyid yakni pendiri Bukalapak sebagai Direktur Digital Business di Telkom dalam rangka tranformasi itu. Maka itu, pihaknya juga menunjuk Abdee dalam bagian tranformasi. Arya bilang, selain musisi, Abdee juga memiliki pengalaman di bidang manajemen karena ia memimpin dan menjadi komisaris di sejumlah perusahaan.
"Soal manjemen dia juga adalah orang yang banyak bermain dalam tataran manajemen di bidang seni, jadi bukan sekadar seni, tapi juga manjamen seni. Dia (Abdee Slank) paham betul dan dia memimpin beberapa perusahaan, komisaris beberapa perusahana juga," katanya.
Arya pun sekaligus menepis pernyataan Said Didu bahwa dirinya rangkap jabatan. Dia menjelaskan, dalam Peraturan Menteri BUMN terbaru tidak diperbolehkan rangkap jabatan di dua BUMN. Jadi, jabatannya sebagai komisaris di PT Inalum (Persero) otomatis lepas seiring dengan ditunjuknya sebagai komisaris Telkom.
"Dengan sendirinya ketika saya diangkat di komsairis yang satu, maka komisaris yang sebelumnya otomatis tidak lagi saya pegang. Makanya otomatis tidak pegang komisaris di Inalum. Nanti administrasinya menyusul. Tapi secara tugas dan tanggung jawab serta hak juga akan hilang dengan sendirinya BUMN di salah satu BUMN sebelumnya. Dan itu sudah berlaku di beberapa komisaris sebelumnya sudah ada seperti itu," paparnya.
Ia pun juga menyoroti soal Said Didu yang ditunjuk sebagai Sekretaris Kementerian BUMN. Menurut Arya, meski latar belakangnya berbeda buktinya Said bisa menjalankan tugas di Kementerian BUMN.
"Jadi soal kompeten dan sebagainya, Mas Said Didu kan dulu kan dari BPPT tiba-tiba jadi Sesmen Kementerian BUMN. Itu kan hal yang berbeda juga, ko bisa pindah dari BPPT yang penelitian, tiba-tiba Sesmen BUMN yang mengurusi BUMN-BUMN. Tapi kan toh akhirnya bisa juga beliu. Artinya beliau melihat dirinya juga, dulu juga mungkin orang meragukan juga apa nih kemampuan Said Didu tapi akhirnya terbukti mampu juga jadi Sesmen," terangnya.
Sebelumnya, Said Didu mengkritik tidak adanya kriteria yang jelas dalam penempatan direksi dan komisaris di BUMN. Termasuk, penempatan Abdi Negara Nurdin atau Abdee Slank sebagai komisaris Telkom.
Dia menuturkan, dalam menentukan direksi atau komisaris yang akan ditempatkan, pihaknya memetakan kendala yang dihadapi BUMN. Baru, dicari orang yang cocok untuk menghadapi kendali tersebut melalui pembahasan. Ia pun menyindir Abdee Slank dalam menyelesaikan masalah di Telkom.
"Saat menghadapi Telkom, Telkom sekarang upamanya, kita harus melihat apakah tantangan Telkom sekarang, tantangan Telkom sekaran kita tahu persis bahwa sekarang banyak jalur-jalu gratis, yang bisa mematikan Telkom. Apakah pantas seorang ahli gitaris apakah main gitar menyelesaikan itu? Menyelesaikan masalah itu? Dibutuhkan ahli betul-betul ahli IT yan bisa bahwa Telkom bisa selamat," katanya seperti dikutip akun Youtube MSD, Minggu (30/5/2021).
(acd/dna)