Jakarta -
Penunjukan Abdi Negara Nurdin alias Abdee Slank sebagai komisaris di PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk menuai pro kontra di masyarakat. Ada yang mendukung, ada juga yang mempertanyakan masalah pemilihan komisaris ini.
Salah satu yang mempertanyakan penunjukan Abdee adalah Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu. Ia bercerita, saat diangkat menjadi sekretaris pada 2005 lalu, pernah menyeleksi hampir 1.000 CV yang disampaikan relawan hingga partai politik. Dari 1.000 itu, kata dia, hanya sekitar 100 yang masuk kriteria dan sisanya masuk tong sampah.
Kemudian, dalam menentukan direksi atau komisaris yang akan ditempatkan, pihaknya memetakan kendala yang dihadapi BUMN. Baru, dicari orang yang cocok untuk menghadapi kendali tersebut melalui pembahasan. Ia pun menyindir Abdee Slank dalam menyelesaikan masalah di Telkom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat menghadapi Telkom, Telkom sekarang umpamanya, kita harus melihat apakah tantangan Telkom sekarang, tantangan Telkom sekarang kita tahu persis bahwa sekarang banyak jalur-jalur gratis, yang bisa mematikan Telkom. Apakah pantas seorang ahli gitaris apakah main gitar menyelesaikan itu? Menyelesaikan masalah itu? Dibutuhkan ahli betul-betul ahli IT yang bisa bahwa Telkom bisa selamat," katanya seperti dikutip akun Youtube MSD, Minggu (30/5/2021).
Dalam kesempatan itu, ia juga teringat pernyataan Erick Thohir yang menyebut bahwa BUMN ialah singkatan Badan Usaha Bukan Milik Nenek Lu. Menurutnya, hal itu benar-benar diterapkan pada saat ini.
"Saya sekarang sepertinya kata-kata itu dipraktikkan sekarang bahwa memang bukan milik nenek moyang lu tapi milik nenek moyang gua," katanya.
"Kenapa saya katakan demikian karena tidak ada lagi kriteria yang digunakan untuk pengangkatan komisaris BUMN dan juga direksi BUMN, tidak ada lagi kriteria, suka-suka dia saja," katanya.
Menurutnya, dalam ketentuan yang berlaku ada syarat kompetensi untuk direksi dan komisaris. Kemudian, ada juga aturan yang mengatur soal masa jabatan direksi dan komisaris.
"Apa yang terjadi sekarang tidak ada kriteria, siapapun yang dia inginkan dia kan angkat dan dia betul-betul mengabaikan apa kritik rakyat, apa kritik masyarakat," katanya.
Simak video 'Tugas Khusus Abdee 'Slank' Sebagai Komisaris Telkom':
[Gambas:Video 20detik]
Apa kata Kementerian BUMN soal penujukan Abdee Slank Ini?
Merespons hal itu, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan, kriteria pemilihan komisaris jelas. Dia menjelaskan, Telkom ialah perusahaan telekomunikasi yang selama ini bertumpu pada infrastruktur. Ke depan, Telkom akan bertransformasi ke digital.
Menurutnya, dalam transformasi ini dibutuhkan orang-orang yang punya pengalaman khususnya di konten digital.
"Di sanalah kita butuh orang-orang seperti di komisaris yang memang punya pengalaman khususnya untuk digital khususnya konten digital. Dan kita tahu Abdee ini, Abdi Negara orang yang memang sudah punya pengalaman khususnya di bidang musik digital dan itu salah satu pemahaman Abdee untuk terutama digital konten. Hal inilah yang kita butuhkan juga," katanya kepada detikcom.
Arya mengatakan, tahun lalu pemerintah sudah mengangkat Muhammad Fajrin Rasyid yakni pendiri Bukalapak sebagai Direktur Digital Business di Telkom dalam rangka transformasi itu. Maka itu, pihaknya juga menunjuk Abdee dalam bagian transformasi. Arya bilang, selain musisi, Abdee juga memiliki pengalaman di bidang manajemen karena ia memimpin dan menjadi komisaris di sejumlah perusahaan.
"Soal manajemen dia juga adalah orang yang banyak bermain dalam tataran manajemen di bidang seni, jadi bukan sekadar seni, tapi juga manajemen seni. Dia (Abdee Slank) paham betul dan dia memimpin beberapa perusahaan, komisaris beberapa perusahaan juga," katanya.
Arya pun sekaligus menepis pernyataan Said Didu bahwa dirinya rangkap jabatan. Dia menjelaskan, dalam Peraturan Menteri BUMN terbaru tidak diperbolehkan rangkap jabatan di dua BUMN. Jadi, jabatannya sebagai komisaris di PT Inalum (Persero) otomatis lepas seiring dengan ditunjuknya sebagai komisaris Telkom.
"Dengan sendirinya ketika saya diangkat di komisaris yang satu, maka komisaris yang sebelumnya otomatis tidak lagi saya pegang. Makanya otomatis tidak pegang komisaris di Inalum. Nanti administrasinya menyusul. Tapi secara tugas dan tanggung jawab serta hak juga akan hilang dengan sendirinya BUMN di salah satu BUMN sebelumnya. Dan itu sudah berlaku di beberapa komisaris sebelumnya sudah ada seperti itu," paparnya.
Ia pun juga menyoroti soal Said Didu yang ditunjuk sebagai Sekretaris Kementerian BUMN. Menurut Arya, meski latar belakangnya berbeda buktinya Said bisa menjalankan tugas di Kementerian BUMN.
"Jadi soal kompeten dan sebagainya, Mas Said Didu kan dulu kan dari BPPT tiba-tiba jadi Sesmen Kementerian BUMN. Itu kan hal yang berbeda juga, ko bisa pindah dari BPPT yang penelitian, tiba-tiba Sesmen BUMN yang mengurusi BUMN-BUMN. Tapi kan toh akhirnya bisa juga beliau. Artinya beliau melihat dirinya juga, dulu juga mungkin orang meragukan juga apa nih kemampuan Said Didu tapi akhirnya terbukti mampu juga jadi Sesmen," terangnya