Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah membeberkan strategi dalam menghadapi transformasi ketenagakerjaan di era industri 4.0. Adapun hal ini dilakukan guna mendorong link and match antara dunia pendidikan dengan dunia industri
"Kementerian Ketenagakerjaan telah menyiapkan strategi untuk bisa berperan dan proses link and match pasar kerja. Terlebih di industri 4.0 yang mengedepankan penggunaan teknologi dan sistem online," ujar Ida dalam keterangan tertulis, Sabtu (12/6/2021).
Dalam acara webinar 'Kesiapan Ketenagakerjaan Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0', Ida menyebut Kemnaker terus melakukan kajian labour market assessment. Adapun hal ini sebagai dasar penyusunan kebijakan pelatihan vokasi agar sesuai dengan peluang usaha dan jenis pekerjaan baru di era pandemi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlebih berdasarkan laporan terbaru World Economic Forum (WEF), diperkirakan akan ada 97 juta pekerjaan baru yang tumbuh bersamaan dengan 85 juta pekerjaan yang akan berkurang. Sementara itu McKinsey memprediksi di Indonesia akan ada 23 juta jenis pekerjaan yang terdampak oleh otomatisasi, serta puluhan juta pekerjaan baru yang muncul dalam kurun waktu tersebut.
"Dalam Revolusi Industri 4.0, penggunaan teknologi yang semakin meningkat dalam segala aspek kehidupan membuat pekerjaan menjadi sangat fleksibel baik secara waktu atau pun tempat, sehingga pekerjaan tidak lagi harus dikerjakan dari kantor dengan jam kerja yang monoton. Perubahan ini mempercepat transformasi ketenagakerjaan yang terus bergerak ke arah revolusi industri 4.0," kata Ida.
Ida mengatakan saat ini kompetensi dan fleksibilitas kerja menjadi hal utama. Pasalnya, tenaga kerja dituntut untuk menguasai perkembangan teknologi dengan soft skills memadai. Selain itu, kreativitas, inovasi dan kewirausahaan akan menjadi poin penting lainnya bagi perkembangan dunia usaha ke depan.
Guna mengatasi hal ini, pihaknya menghadirkan kebijakan yang dikolaborasikan dengan kebijakan pelatihan vokasi lainnya seperti kebijakan triple killing yakni skilling, re-skilling dan up-skilling bagi pekerja.
Kemnaker juga melakukan optimalisasi pemagangan berbasis jabatan; peningkatan soft skills; perubahan kurikulum dan metode berfokus human digital online, penggunaan metode blended training; serta kolaborasi dengan stakeholders, terutama pelaku industri untuk menciptakan lulusan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Tak hanya itu, Kemnaker pun terus melaksanakan program BLK Komunitas untuk memperluas jangkauan pelatihan vokasi.
"Menjadikan transformasi BLK sebagai salah satu lompatan besar yang dilakukan untuk menjadikan BLK sebagai pusat pengembangan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja yang berdaya saing global serta dapat memenuhi kualifikasi kemampuan terbaru yang dibutuhkan oleh dunia industri," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kemnaker, Anwar Sanusi mengatakan ada tiga tantangan transformasi ketenagakerjaan sebagai dampak revolusi industri 4.0.
Pertama, skills transformation atau transformasi keterampilan. Kedua, job transformation atau transformasi pekerjaan. Sedangkan ketiga, society transformation atau transformasi sosial. Adapun untuk menghadapi ketiganya, Anwar menyebut perlu inovasi dalam menciptakan tenaga kerja hingga jaminan sosial bagi pekerja.
"Untuk menghadapi tiga tantangan tersebut, maka diperlukan inovasi dalam penyiapan kompetensi tenaga kerja; regulasi ketenagakerjaan yang fleksibel; jaminan sosial terhadap peningkatan kompetensi; dan jaminan sosial terhadap pendapatan masyarakat," pungkas Anwar.
(ncm/hns)