Para penyedia infrastruktur teknologi finansial di Indonesia harus terus berinovasi demi mewujudkan target Presiden Joko Widodo, yakni meningkatkan inklusi keuangan hingga 90% di tahun 2024. Berdasarkan survei terakhir yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2019, indeks inklusi keuangan di Indonesia masih mencapai 76,19%.
Direktur Utama PT. Finnet Indonesia (Finnet), Abdul Hadi mengungkapkan angka tersebut sebenarnya tidak buruk. Jika membicarakan Indonesia secara keseluruhan, masyarakat yang pendidikan dan gaya hidupnya sudah menengah ke atas, sudah tersentuh sistem keuangan digital. Itu tandanya langkah yang diambil oleh penyedia infrastruktur saat ini sudah tepat.
"Salah satu cara mempercepat inklusi keuangan di Indonesia memang melalui digitalisasi. Tapi di sisi lain, kami mengakui memang masih ada yang belum kita jangkau. Di situ pekerjaan rumah kita, untuk terus berinovasi agar layanan dari industri keuangan digital juga bisa terjangkau oleh mereka," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (14/6/2021).
Salah satu langkah yang diambil Finnet untuk mempercepat inklusi keuangan lewat digitalisasi adalah dengan memberikan berbagai macam solusi pembayaran bagi masyarakat. Tidak hanya untuk kepentingan pribadi, namun juga untuk kepentingan bisnis, mulai dari menyediakan layanan pembayaran berbagai tagihan, serta menyiapkan berbagai platform pembayaran digital dan channel pembayaran.
"Nah, semua solusi pembayaran tersebut ada di satu umbrella brand yang kami beri nama Finpay dengan tagline Your Fintech Solution," ujar Abdul Hadi.
Direktur Business dan Marketing PT. Finnet Indonesia, Syaiful Rahim menuturkan, Finpay memudahkan para pengguna layanan dari Finnet ketika ingin memanfaatkan salah satu layanan dari Finnet. Mereka tidak perlu membuka website yang berbeda-beda, namun hanya cukup mengakses single digital touch point yaitu website finpay.id. Pelanggan bisa melihat informasi semua layanan, registrasi maupun trial di sana.
Salah satu target utama Finnet adalah UKM di Indonesia. Menurut pria yang lebih akrab disapa SR ini, UKM telah menjadi penyokong utama perekonomian Indonesia di tengah krisis. Oleh karena itu, pemasaran produk UKM harus bisa meluas ke seluruh Indonesia, bukan hanya di daerah sekitar UKM itu berdiri.
Untuk mempermudah para pelaku UKM tersebut melakukan transaksi, Finpay memiliki produk unggulan, yakni aplikasi Mitra Finpay, yang bisa digunakan para pelaku UKM dalam melayani pembayaran menggunakan QRIS, pembayaran tagihan dan iuran rutin (indihome, PLN, PDAM, BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, voucher seluler prabayar, tagihan seluler pascabayar dan voucher game) dan POS Management System. Dengan layanan tersebut, para pelaku UKM bisa melayani transaksi cashless, serta mendapatkan peluang bisnis baru dari layanan pembayaran berbagai tagihan.
"Saat ini yang sudah bergabung menjadi Mitra Finpay sekitar 4.500 pelaku UKM. Target kami tahun ini ada 50.000 pelaku UKM yang bergabung menjadi Mitra Finpay," sebutnya.
Sebagai salah satu akselerator utama inklusi keuangan di Indonesia, menurut SR, Finpay juga sudah memiliki 10 lisensi untuk melakukan transaksi keuangan digital. Sembilan lisensi dari Bank Indonesia dan satu lisensi dari Kementerian Keuangan.
Lisensi tersebut antara lain Lisensi keuangan RTGS (Real Time Gross Settlement), lisensi acquiring kartu kredit, lisensi transfer dana yang terdiri dari domestik dan internasional, lisensi uang elektronik (finpay money), lisensi wallet (Finpay Wallet), lisensi payment gateway, lisensi QRIS, dan lisensi kliring house untuk transportasi dari Bank Indonesia, serta lisensi dari Kementerian Keuangan sebagai lembaga persepsi Modul Penerimaan Negara Generasi Ketiga (MPN G3).
Selain itu Finnet memiliki layanan purnajual 24/7 yang diberi nama Finpay Care.
"Finpay Care memberikan kenyamanan kepada pelanggan. Pelanggan dapat menghubungi Finpay Care melalui 1500770, whatsapp di 08111445770, maupun email ke care@finpay.id," pungkasnya.
