Keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2021 yang bisa mencapai 7% bisa berujung angan-angan belaka. Hal itu dikarenakan membludaknya kasus Corona di beberapa kota besar Indonesia yang berdampak pada ekonomi.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan lonceng gelombang kedua COVID-19 semakin nyata. Imbasnya pada ekonomi akan semakin jauh dari proyeksi pemerintah.
"Bahaya memang, jadi memang ini indikasinya terjadi second wave sudah kentara sekali. Dampaknya bagi ekonomi bisa macam-macam, pertama yang kalau secara makro saja ini target pertumbuhan yang dicanangkan pemerintah 7-8% itu bisa jauh. Karena tanpa ada second wave pun kita sudah perkirakan pertumbuhannya di bawah target pemerintah," kata Faisal saat dihubungi detikcom, Rabu (16/6/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihaknya memprediksi, pada kuartal II-2021 pertumbuhan ekonomi masih berada di angka 4-5%. "Kalau kemudian terjadi second wave bagaimana kontribusinya, nah itu secara makro," ujarnya.
Saat kasus meningkat, dia mengatakan, pembatasan kegiatan pada masyarakat pun harus dilakukan. Namun di sisi lain, pendapatan masyarakat terutama yang bergantung pada kegiatan mobilitas akan kembali turun.
Faisal menuturkan, akan sulit menekan kasus COVID-19 tanpa harus mengorbankan ekonomi. "Kalau itu ya susah, karena biar bagaimana pun korelasinya antara mobilitas orang dan pandeminya. kenapa sekarang terjadi peningkatan kasus lagi? Ya karena sempat setelah Lebaran dilonggarkan, yang sudah dilarang saja masih mudik dan tempat-tempat wisata dibuka. Nah sekarang kita menuai hasilnya," ungkapnya.
Berlanjut ke halaman berikutnya.