Kasus COVID-19 Melonjak, Target Ekonomi Jokowi 7% Bisa Gagal Total

Kasus COVID-19 Melonjak, Target Ekonomi Jokowi 7% Bisa Gagal Total

Siti Fatimah - detikFinance
Rabu, 16 Jun 2021 12:33 WIB
Presiden Jokowi
Foto: Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden
Jakarta -

Keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2021 yang bisa mencapai 7% bisa berujung angan-angan belaka. Hal itu dikarenakan membludaknya kasus Corona di beberapa kota besar Indonesia yang berdampak pada ekonomi.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan lonceng gelombang kedua COVID-19 semakin nyata. Imbasnya pada ekonomi akan semakin jauh dari proyeksi pemerintah.

"Bahaya memang, jadi memang ini indikasinya terjadi second wave sudah kentara sekali. Dampaknya bagi ekonomi bisa macam-macam, pertama yang kalau secara makro saja ini target pertumbuhan yang dicanangkan pemerintah 7-8% itu bisa jauh. Karena tanpa ada second wave pun kita sudah perkirakan pertumbuhannya di bawah target pemerintah," kata Faisal saat dihubungi detikcom, Rabu (16/6/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pihaknya memprediksi, pada kuartal II-2021 pertumbuhan ekonomi masih berada di angka 4-5%. "Kalau kemudian terjadi second wave bagaimana kontribusinya, nah itu secara makro," ujarnya.

Saat kasus meningkat, dia mengatakan, pembatasan kegiatan pada masyarakat pun harus dilakukan. Namun di sisi lain, pendapatan masyarakat terutama yang bergantung pada kegiatan mobilitas akan kembali turun.

ADVERTISEMENT

Faisal menuturkan, akan sulit menekan kasus COVID-19 tanpa harus mengorbankan ekonomi. "Kalau itu ya susah, karena biar bagaimana pun korelasinya antara mobilitas orang dan pandeminya. kenapa sekarang terjadi peningkatan kasus lagi? Ya karena sempat setelah Lebaran dilonggarkan, yang sudah dilarang saja masih mudik dan tempat-tempat wisata dibuka. Nah sekarang kita menuai hasilnya," ungkapnya.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Lebih lanjut, seandainya kasus meningkat lebih banyak, ekonomi pada kuartal II-2021 akan menjadi korban dari keganasan COVID-19. Namun, kata dia, pemerintah harus menyelamatkan ekonomi dalam jangka panjang.

"Jadi saya rasa kita tetap harus menyelamatkan ekonomi dalam jangka panjang. Karena kalau tidak ada pembatasan akan berdampak dalam jangka panjang jadi lebih rugi lagi. Saya rasa bukan hanya sekedar pengumuman PSBB atau implementasi yang jelas karena selama ini relatif longgar terutama di tempat-tempat yang misalkan di pasar-pasar tradisional terutama di perkotaan. Kota saja sudah kecolongan apalagi di pedesaan, perlu pemantauan yang ditingkatkan," tuturnya.

Lebih jauh lagi, pemerintah juga perlu bersiap untuk mempertahankan kondisi masyarakat bersamaan dengan pembatasan sosial melalui bantuan.

"Karena masyarakat kelas menengah bawah yang bekerja di sektor informal tidak bisa bertahan jika dilakukan pembatasan sosial, mereka bergantung pada mobilitas orang. Iya (setuju ada PPKM), kalau kasusnya meningkat saya rasa sebaiknya begitu," pungkasnya,

Seperti diketahui, Indonesia mencatat penambahan 8.161 kasus baru COVID-19, Selasa (15/6/2021). Total kasus positif saat ini sebanyak 1.927.708. Provinsi Jawa Barat mencatat penambahan kasus terbanyak dengan jumlah 1.793 kasus. Di bawahnya, terdapat Jawa Tengah dengan 1.658 kasus dan DKI Jakarta dengan 1.502 kasus.


Hide Ads