Neraca Dagang RI Surplus Tertinggi Selama 2021

Neraca Dagang RI Surplus Tertinggi Selama 2021

Anisa Indraini - detikFinance
Kamis, 17 Jun 2021 16:11 WIB
Neraca perdagangan pada Oktober 2017 tercatat surplus US$ 900 juta, dengan raihan ekspor US$ 15,09 miliar dan impor US$ 14,19 miliar.
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan kinerja perdagangan Indonesia terus mengalami penguatan. Selama 2021, neraca perdagangan selalu mengalami surplus dan pada bulan Mei menunjukkan surplus tertinggi sebesar US$ 2,36 miliar.

"Kinerja perdagangan di awal tahun 2021 terus menunjukkan penguatan. Ini ditandai dengan neraca perdagangan yang terus mencatatkan surplus sampai bulan Mei. Surplus perdagangan bulan Mei 2021 mencapai US$ 2,36 miliar dan merupakan surplus bulanan tertinggi selama awal 2021,"ujar Lutfi, Kamis (17/6/2021).

Lutfi menjelaskan surplus perdagangan bulan Mei 2021 disumbang surplus neraca nonmigas sebesar US$ 3,49 miliar dan defisit neraca migas US$ 1,13 miliar. Negara mitra dagang penyumbang utama surplus yaitu Amerika Serikat, Filipina, dan India dengan kontribusi sebesar US$ 1,72 miliar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sisi lain, transaksi perdagangan dengan Tiongkok, Australia, dan Singapura berkontribusi terhadap defisit neraca perdagangan sebesar US$ 1,09 Miliar.

"Secara kumulatif neraca perdagangan Januari-Mei 2021 surplus US$ 10,17 miliar dan melampaui surplus perdagangan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$ 4,18 miliar. Surplus perdagangan Januari-Mei 2021 merupakan surplus perdagangan awal tahun terbesar selama 10 tahun terakhir atau sejak 2012," jelas Lutfi.

ADVERTISEMENT

Kinerja ekspor Indonesia pada Mei 2021 tercatat sebesar USD 16,60 miliar. Nilai ini naik 58,76 persen bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (YoY), namun turun 10,25 persen bila dibandingkan bulan sebelumnya (MoM). Penurunan tersebut disebabkan turunnya ekspor migas sebesar 2,68 persen dan nonmigas sebesar 10,67 persen.

"Jika melihat data perkembangan kinerja ekspor tahun-tahun sebelumnya, kinerja ekspor di bulan Ramadan dan Lebaran selalu mengalami penurunan dan hal tersebut merupakan pola musiman yang wajar. Hal ini akibat adanya hari libur pada bulan tersebut," ujar Lutfi.

Sementara kinerja impor tercatat sebesar USD 14,23 miliar, turun 12,16 persen dari bulan sebelumnya, namun naik 68,68 persen secara tahunan. Penurunan dipicu turunnya impor nonmigas sebesar 14,16 persen (MoM) sedangkan migas naik tipis 1,90 persen (MoM).

Penurunan impor terbesar berasal dari impor logam mulia, perhiasan/permata (HS 71) dengan nilai impor sebesar USD 0,11 miliar atau turun 58,61 persen dari bulan sebelumnya, gula & kembang gula HS 17 USD 0,21 miliar (35,73 persen), biji dan buah mengandung minyak HS 12 USD 0,17 miliar (31,18 persen), sari bahan samak dan celup HS 32 USD 0,12 miliar (26,20 persen); serta perangkat optik, fotografi, sinematografi HS 90 USD 0,18 miliar (25,41 persen).

Sementara produk impor nonmigas yang mengalami kenaikan terbesar antara lain bijih terak dan abu logam (HS 26) naik 144,29 persen, buah-buahan (HS 08) 11,61 persen, bubur dari kayu (HS 47) 6,39 persen; produk farmasi (HS 30) 5,94 persen; serta kain rajutan (HS 60) 5,72 persen.

"Struktur impor Indonesia berdasarkan kelompok penggunaan barang pada Mei 2021 terdiri atas 76,88 persen bahan baku/penolong, 13,25 persen barang modal, dan 9,87 persen barang konsumsi. Penurunan nilai total impor Mei 2021 sebesar 12,16 persen disebabkan turunnya impor di semua golongan penggunaan barang. Impor barang modal turun sebesar 14,09 persen, diikuti bahan baku/penolong sebesar 11,60 persen, dan barang konsumsi 13,77 persen," jelas Lutfi.

Secara kumulatif, kinerja impor Indonesia pada periode Januari-Mei 2021 menunjukkan peningkatan 22,74 persen dibandingkan periode yang sama 2020. Peningkatan tersebut ditopang impor migas sebesar 34,55 persen dan impor nonmigas sebesar 21,23 persen.

"Naiknya impor Januari-Mei 2021 menunjukkan terjadinya ekspansi industri manufaktur dalam negeri Indonesia pada Mei 2021 sebagaimana ditunjukkan dengan angka Purchasing Managers Index (PMI) sebesar 55,3 tertinggi dalam tiga bulan terakhir,"pungkas Mendag.


Hide Ads