Tahu Nggak, Dulu Coca-Cola Mengandung Kokain Lho!

Anisa Indraini - detikFinance
Minggu, 20 Jun 2021 08:13 WIB
Foto: Getty Images/choness
Jakarta -

Coca-Cola sempat jadi pembicaraan karena botolnya dengan sengaja disingkirkan oleh Cristiano Ronaldo. Hal itu terjadi saat konferensi pers, Senin (14/6) dalam laga Euro 2020.

Cristiano Ronaldo memilih untuk mengkonsumsi air mineral. Dia memang dikenal sebagai atlet yang sangat memperhatikan kebugaran tubuh lewat gaya hidup sehat. Sementara Coca-Cola merupakan jenis minuman bersoda yang dianggap tidak sehat karena kandungan gula tinggi.

Selain itu, tahukah kamu bahwa Coca-Cola awalnya diciptakan sebagai bentuk obat terapi?

Dilansir dari situs resminya, Minggu (20/6/2021), jadi Coca-Cola itu asal Amerika Serikat (AS) yang pertama kali dibuat pada tahun 1886 oleh John Styth Pemberton. Dia merupakan seorang ahli farmasi (apoteker) dari Atlanta, Georgia.

Penemuan Coca-Cola terjadi saat Pemberton ingin membuat obat penghilang rasa sakit pengganti morfin. Suami dari Ann Eliza Clifford itu menderita luka parah akibat perang sipil AS yang membuatnya mengonsumsi morfin hingga kecanduan.

Pemberton melakukan banyak uji coba dengan menggunakan kombinasi berbagai bahan, salah satunya mengkombinasikan daun coca dengan biji kola. Dia kemudian mengemas sirup hasil uji cobanya itu dan ditawarkan ke sejumlah toko obat sebagai sampel.

Daun koka diketahui mengandung senyawa stimulan kokain. Sementara kacang kola juga mengandung senyawa stimulan kafein.

Orang-orang setuju, bahwa bahan campuran itu memang sangat menarik. Tak puas dengan hasil kombinasi itu, Pemberton lantas menambahkan campuran dengan air berkarbonasi.

Dalam hal ini dia bekerja sama dengan Willis E Venable, seorang pemilik toko obat. Seiring dengan perkembangannya, seorang pemasar iklan bernama Frank Mason Robinson muncul menawarkan pemasaran produk yang lebih masif.

Dari situlah muncul perusahaan bernama Coca-Cola, yang merupakan gabungan nama dua bahan dasarnya.

Pada tahun 1898, Kongres mengeluarkan pajak pascaperang Spanyol-Amerika yang dibebankan untuk semua produk obat. Hal itu membuat Coca-Cola tak lagi dijual sebagai obat, tetapi hanya sebagai minuman.

"Pada awal 1891, beberapa warga Amerika protes terhadap kandungan senyawa adiktif pada obat. Karena hal itu pembuat Coca-Cola kemudian merevisi resep dan klaim kesehatannya," tulis National Institute on Drug Abuse (NIDA).

Momen itu menjadi akhir dari polemik kandungan kokain yang awalnya terdapat dalam Coca-Cola. Tahun 1929 perusahaan mengklaim telah membuang seluruh kandungan yang berkaitan dengan kokain.

Popularitas Coca-Cola meledak dan perusahaan mulai mengenalkan variasi yang rendah gula pada tahun 1960-an. Salah satu tanda bahwa masalah gula mulai menjadi perhatian masyarakat bahkan sebelum masuk era milenial.

Meski begitu, Coca-Cola membantah pernah menjual minuman bersoda mereka sebagai obat.

"Coca-Cola tidak berawal dari obat. Tapi diciptakan oleh seorang dokter dan apoteker bernama Dr John S Pemberton," tulis Coca-Cola.

Sebagaimana dilansir Live Science, paling tidak hingga tahun 1903, Coca-Cola diyakini mengandung kokain. Meski Coca-Cola Company membantahnya, namun bukti sejarah memperlihatkan bahwa minuman bersoda itu dulunya memang memiliki kandungan itu.




(aid/zlf)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork