Sebelumnya diberitakan, debat antara Anggota Dewan Komisi VI Nusron Wahid dan Dirut Garuda Irfan sempat berlangsung sengit. Keduanya saling kukuh pada pilihan opsi penyelamatan Garuda. Setidaknya ada empat pilihan opsi, sedangkan Nusron yakin dengan opsi 1 yaitu pemerintah menyokong Garuda dengan memberikan suntikan ekuitas atau pinjaman dan Irfan memilih opsi 2 yaitu restrukturisasi utang Garuda yang sudah jatuh tempo sekitar Rp 70 triliun tahun ini dengan cara mengajukan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
Puncak debat panas terjadi saat Nusron berulang kali mempertanyakan kesanggupan dan konsekuensi Direksi Garuda jika pilihan mereka tak dapat memberikan hasil sesuai harapan. Nusron menyebut, bisa saja pemerintah dan Garuda sepakat dengan opsi yang dipilih Direksi, namun ada beberapa hal yang tidak dapat Nusron jamin misalnya seperti kesediaan debt equity swap (pertukaran utang dengan saham).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau Garuda selamat saya appreciate sama bapak-bapak di sini. Tapi kalau sampai Garuda mati, bapak-bapak harus ikut mati. Karena apa, saya cinta Garuda, nyawanya nggak ketolong itu karena bapak-bapak yang janji menyelamatkan dengan opsi itu ternyata nggak mampu. Kalau saya mendingan saya pesimis, saya nggak sanggup saya minta opsi 1 kepada pemerintah. Tapi bapak nggak mau untuk itu, silahkan, itu hak saya hormati, kita ketemu Januari," kata Nusron menutup sesi debat.
Sekadar diketahui, PT Garuda Indonesia Tbk memilih opsi restrukturisasi yang tertera dalam opsi kedua di dalam rapat. Pilihan tersebut yaitu melakukan restrukturisasi utang Garuda yang sudah jatuh tempo sekitar Rp 70 triliun dari total utang Rp 140 triliun dengan cara mengajukan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
(zlf/zlf)