Misi penyelamatan maskapai Garuda Indonesia diwarnai debat panas di meja DPR. Debat panas itu dilakukan oleh Anggota Komisi VI DPR RI Nusron Wahid dan Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra kala rapat dengar pendapat kemarin. Hadir juga Ketua Komisi VI dan jajaran Direksi Garuda.
Nusron kala itu meminta direksi siap mati bila Garuda Indonesia harus mati alias bangkrut. Dimintai tanggapan, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra tidak tahu betul apa maksud dari pernyataan Nusron tersebut.
"Apa yang tersurat dan tersirat sepanjang rapat kemarin ya begitulah adanya. Itu kan statement dari beliau, tolong tanyakan ke beliau. Saya kan tidak bisa bilang saya tidak mau mati, saya mau mati, gitu kan. Kan statement dari beliau dan mungkin perlu di cek ke beliau apa maksudnya, silahkan saja," kata Irfan kepada detikcom, hari ini, Selasa (22/6/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, dalam rapat pembahasan mengenai penyelamatan Garuda, Irfan menurutnya dirinya berperan sebagai perwakilan institusi dan membawa baik dan buruk institusi.
"Dan saya sih sebenarnya lihatnya positif saja. Dari seluruh rangkaian pertanyaan ini kan menunjukkan bahwa para anggota komisi VI itu sangat mencintai Garuda dan sangat berharap bahwa Garuda bisa melewati ini dan anggota komisi VI ini sih sebenarnya menyampaikan kira-kira butuh dukungan apa dari mereka untuk penyelamatan Garuda," katanya.
Dia melanjutkan, berbagai ungkapan keras saat debat panas diartikan sebagai representasi Nusron untuk mendukung Garuda. Selain itu, dia juga memohon agar anggota DPR mendukung keputusan apapun yang akan diambil Garuda dalam misi penyelamatannya.
"Tapi cukup bagus dan menarik karena kemarin terjadi dialog dan saya sih sebenarnya lihatnya positif saja. Waktu saya menyampaikan keinginan untuk kami mohon didukung terbanglah bersama Garuda, kan langsung jadi salah satu keputusan rapat. Saya menganggap komentar walaupun ada yang sinis, ada yang keras, saya menganggap itu representasi keinginan mereka untuk mendukung Garuda supaya bisa melewati situasi ini," imbuhnya.
Simak video 'Nusron Wahid Minta Direksi Mati Bila Garuda Indonesia Mati!':
Kronologi pernyataan Nusron bisa dilihat di halaman berikutnya >>>
Sebelumnya diberitakan, debat antara Anggota Dewan Komisi VI Nusron Wahid dan Dirut Garuda Irfan sempat berlangsung sengit. Keduanya saling kukuh pada pilihan opsi penyelamatan Garuda. Setidaknya ada empat pilihan opsi, sedangkan Nusron yakin dengan opsi 1 yaitu pemerintah menyokong Garuda dengan memberikan suntikan ekuitas atau pinjaman dan Irfan memilih opsi 2 yaitu restrukturisasi utang Garuda yang sudah jatuh tempo sekitar Rp 70 triliun tahun ini dengan cara mengajukan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
Puncak debat panas terjadi saat Nusron berulang kali mempertanyakan kesanggupan dan konsekuensi Direksi Garuda jika pilihan mereka tak dapat memberikan hasil sesuai harapan. Nusron menyebut, bisa saja pemerintah dan Garuda sepakat dengan opsi yang dipilih Direksi, namun ada beberapa hal yang tidak dapat Nusron jamin misalnya seperti kesediaan debt equity swap (pertukaran utang dengan saham).
"Kalau Garuda selamat saya appreciate sama bapak-bapak di sini. Tapi kalau sampai Garuda mati, bapak-bapak harus ikut mati. Karena apa, saya cinta Garuda, nyawanya nggak ketolong itu karena bapak-bapak yang janji menyelamatkan dengan opsi itu ternyata nggak mampu. Kalau saya mendingan saya pesimis, saya nggak sanggup saya minta opsi 1 kepada pemerintah. Tapi bapak nggak mau untuk itu, silahkan, itu hak saya hormati, kita ketemu Januari," kata Nusron menutup sesi debat.
Sekadar diketahui, PT Garuda Indonesia Tbk memilih opsi restrukturisasi yang tertera dalam opsi kedua di dalam rapat. Pilihan tersebut yaitu melakukan restrukturisasi utang Garuda yang sudah jatuh tempo sekitar Rp 70 triliun dari total utang Rp 140 triliun dengan cara mengajukan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).