Kisah Mantan Tentara Raup Ratusan Juta dari Bisnis Porang

Kisah Mantan Tentara Raup Ratusan Juta dari Bisnis Porang

Aulia Damayanti - detikFinance
Sabtu, 26 Jun 2021 15:30 WIB
Jadi Petani Porang, Pria Ini Dapat Omzet Rp 800 Juta/Hektare
Foto: Dok. Pribadi: Jadi Petani Porang, Pria Ini Dapat Omzet Rp 800 Juta/Hektare

Omzet yang didapat Eko bisa lebih dari Rp 800 juta per hektar untuk satu kali panen. Namun, Eko menjelaskan omzet itu tidak sekaligus dia dapatkan, untuk mencapai itu, menunggu dalam jangka waktu tiga tahun.

"Rp 800 juta dalam tiga tahun itu jika harga hasil porang dijual seharga Rp 10.000 per kilonya. Tahun lalu kita pernah mencapai Rp 1 miliar, kalau hasil umbinya 3-4 kg dan dikalikan Rp 10.000 pada 2019 kemarin pas awal pandemi,"jelasnya.

Eko mengatakan untuk waktu panen porang ini tergantung bibit yang digunakan. Ada pun bibit yang digunakan, yakni bibit umbi mini atau sedang bisa satu tahun panen, umbi katak mini 2-3 tahun panen, dan bibit spora 4-5 tahun panen.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melanjutkan hasil budi dayanya, Eko bekerja sama dengan beberapa pabrik untuk diekspor ke China hingga Jepang. Tidak hanya dalam bentuk bahan baku, pabrik-pabrik yang bekerja sama dengan Eko juga mengolah porang menjadi beberapa makanan siap saji hingga minuman, ada Nasi Shirataki, Mie Basah, Minuman diet, Spaghetti, hingga latte. Produk itu semua juga diekspor ke luar negeri.

Eko mengatakan pihaknya sangat terbuka untuk siapa saja yang ingin belajar budidaya porang. Dia mengatakan akan membimbing dari awal penanaman sampai panen, untuk hasilnya juga diperbolehkan untuk dijual ke Eko. Jika ingin belajar Eko terbuka jika ingin datang langsung atau secara virtual melalui video call.

ADVERTISEMENT

Adapun modal yang bisa disiapkan jika ingin budi daya porang, Eko mengungkap tergantung bibit yang dipilih. Ia menjelaskan bibit porang ada berbagai macam, yakni bibit umbi mini minimal modal per hektare Rp 90-100 juta, katak sedang ke besar Rp 60-70 juta, katak mini Rp 35 juta, dan bibit spora hanya Rp 10 juta.

"Tetapi modal bibit itu belum dengan pupuk dan olah lahan, kalau pakai bibit yang Rp 90 juta jika digabungkan dengan pupuk dan olah lahan hingga operasional, modalnya bisa mencapai Rp 200 jutaan," jelasnya.

Meski Eko memutuskan untuk pensiun dini dari TNI lima tahun lalu, dia tidak merasa rasa nasionalismenya berkurang terhadap Indonesia. Karena dengan bisnis ini Eko tetap bisa membantu negara dengan menciptakan lapangan kerja tentu akan mengurangi pengangguran dan kriminalitas.

"Bela negara saya ini dengan cara saya sendiri tidak harus angkat senjata. Bedanya bela negara saya di dunia pertanian," terangnya.


(hns/hns)

Hide Ads