Jakarta -
Super Air Jet siap mengudara di langit Indonesia. Maskapai baru ini telah mengantongi sertifikat izin operasi komersial atau Air Operator Certificate (AOC) dengan tipe pesawat Airbus A320.
Kemunculan Super Air Jet cukup mengagetkan publik/ Pasalnya dunia penerbangan sedang lesu-lesunya saat ini dihantam pandemi COVID-19 yang tak kunjung reda. Penumpang makin turun, potensi pendapatan pun minim.
Namun, kemunculan Super Air Jet saat ini dinilai tepat oleh pengamat penerbangan dari Arista Indonesia Aviation Center (AIAC) Arista Atmadjati. Arista menilai saat ini Super Air Jet sedang mengambil momentum untuk bersiap menghadapi lonjakan bisnis penerbangan usai pandemi mereda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Super Air Jet ini mempersiapkan keadaan saat normal, jadi saat normal, penumpang recover dia udah siap bersaing. Jadi kayak maskapai lain lagi sekarat berdarah-darah sekarang, 3 tahun lagi baru bisa ancang-ancang. Nah dia udah dari sekarang ini siap-siap ancang-ancang lari," kata Arista kepada detikcom, Senin (28/6/2021).
"Otomatis dia akan siap lari saat sudah normal, sekarang dia juga ibarat branding aja dulu," ungkapnya.
Dilihat secara bisnis, menurut Arista, Super Air Jet juga memperoleh keuntungan dengan membangun perusahaan dari awal sekarang. Pasalnya, di tengah kondisi krisis akibat pandemi banyak komponen biaya maskapai sedang anjlok harganya.
"Banyak overhead dan variabel cost itu turun. Maka dia terjun ke sini. Super Air Jet hanya memanfaatkan momentum sekarang," ungkap Arista.
Misalnya saja biaya sewa atau leasing pesawat, menurutnya saat ini banyak penyewa yang menawarkan pesawat dengan harga murah.
Dia mengatakan biaya leasing menjadi salah satu komponen besar bagi maskapai, jumlahnya mencapai 25% dari total biaya. Dengan begitu, Super Air Jet bisa memanfaatkan kondisi ini untuk menguatkan jumlah pesawatnya.
"Secara bisnis ini kan saat ini harga sewa pesawat banyak yang murah sekarang, turun harganya. Leasing pesawat itu kan termasuk komponen terbesar sebuah maskapai ya, 25% setelah avtur," kata Arista.
lanjut membaca ke halaman berikutnya
Arista juga memaparkan gaji pilot dan pramugari saat ini juga kemungkinan akan lebih murah dibandingkan dengan dua atau tiga tahun lalu. Otomatis Super Air Jet bisa lebih menekan biaya untuk pengadaan sumber daya manusianya.
Bahkan untuk biaya sewa gedung sebagai unit kantor pun akan lebih murah di tengah pandemi seperti ini.
"Jadi ya biaya mereka murah semua menurut saya sekarang," kata Arista.
Lebih lanjut, bila dilihat potensi pasarnya pun kemunculan Super Air Jet diuntungkan saat kondisi pandemi. Pasalnya, banyak maskapai lainnya saat ini mengurangi traffic-nya, dengan begitu Super Air Jet akan memanfaatkan limpahan penumpang dari para maskapai yang mengurangi traffic-nya.
"Pesaingnya juga kan banyak yang drop, Garuda aja ngurangin pesawat kan. Yang lain juga kayak Sriwijaya udah nggak terlalu efektif terbang. Ini dia jadinya memanfaatkan bocoran, limpahan penumpang dari pesaingnya ini. Dia akan memanfaatkan rute-rute yang kosong penerbangan ini," kata Arista.
Bahkan untuk rute domestik, Super Air Jet juga bisa merambah ke pasar rute feeder di daerah. Maskapai-maskapai di rute feeder macam ini menurutnya banyak yang mulai mati. Kesempatan limpahan penumpang ini bisa juga diambil Super Air Jet.
"Untuk pasar penumpang feeder juga banyak maskapai yang mati sekarang dan yang hidup juga nggak efektif traffic-nya. Yang pesawat propeller. Kayak Transnusa itu, Calstar, Susi Air, bisa aja dia masuk ke situ juga ambil penumpang feeder," papar Arista.
Secara makro, pasar penerbangan Indonesia memang besar. Arista menyebut potensi ceruk pasar yang bisa diterbangi Super Air Jet memang banyak di masa yang akan datang.
Saat ini saja, dari 270 juta penduduk di Indonesia belum semuanya pernah menggunakan pesawat. Arista menyebut baru sekitar 130 juta orang saja yang memanfaatkan transportasi udara.
"Ceruk pasarnya dari angka itu aja udah kelihatan masih luas, bahasanya pasarnya ini masih tebal untuk domestik. Apalagi kalau nanti sudah normal dari COVID," ujar Arista.
Dari catatan detikcom, Super Air Jet didirikan pada Maret 2021. Mereka telah memiliki kode penerbangan IU dari IATA (Asosiasi Pengangkutan Udara Internasional) dan SJV dari ICAO (Organisasi Penerbangan Sipil Internasional).
Super Air Jet optimis bahwa peluang pasar domestik masih ada dan terbuka luas. Mereka membidik kaum milenial dengan menawarkan penerbangan yang terjangkau.
"Segmen kawula muda akan terus tumbuh pesat dan Super Air Jet bersiap untuk meraih pasar itu melalui konsep super cost, yakni menawarkan layanan maskapai berbiaya paling hemat, sehingga lebih terjangkau," ujar CEO Super Air Jet Ari Azhari dalam keterangannya.
Di Indonesia, Super Air Jet sudah mengantongi sertifikat izin operasi komersial atau Air Operator Certificate (AOC) dengan tipe pesawat Airbus A320. Dengan begitu maka maskapai baru tersebut siap mengudara di penerbangan tanah air.