Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan hanya 10% BUMN yang bertahan dari dampak pandemi COVID-19. Artinya, 90% lainnya terdampak sama halnya dengan perusahaan swasta.
"Bahkan kami di BUMN walaupun, sama seperti teman-teman swasta di mana 90% kami terdampak pandemi, yang 10% bisa bertahan dan tumbuh. Kami tetap berkomitmen dalam mempromosikan dari produk, kegiatan dan lain-lain," kata Erick dalam peluncuran TADEX secara virtual, Selasa (296/2021).
Dia mengatakan, pandemi dijadikan sebagai momentum seluruh industri untuk berbenah. Dirinya menekankan, Kementerian BUMN dan seluruh perusahaan akan menjadi penyeimbang dalam ekonomi nasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita harus menjadi lokomotif pembangunan tapi kita juga harus memastikan perusahaan jalan dengan sehat sehingga kita bisa terus melakukan program-program dengan rakyat dan berkontribusi untuk pemerintah. Di mana seperti kita ketahui sekarang pemerintah juga perlu pemasukan daripada dividen, keseimbangan ini yang harus dijaga, termasuk bagaimana keseimbangan dengan era pasar terbuka saat ini," jelasnya.
Erick juga sempat menyinggung mengenai pasar monopoli. Alih-alih melakukan praktik monopoli, Erick menekankan BUMN harus berkompetisi sehat tanpa meninggalkan tugas untuk negara.
Dia bahkan mencontohkan Himbara (Himpunan Bank Negara) yang mampu tetap bertahan di pasar terbuka. Telkom dan Telkomsel pun dimintanya untuk mengikuti jejak Himbara.
"Kami juga di sini menekankan para direksi yang hadir komisaris yang hadir Telkom-Telkomsel, sama seperti Himbara bahwa saya harapkan kita harus jadi penyeimbang. Yes pasar terbuka, ada persaingan perusahaan telko lain, service telko lain, tapi itulah market yang sudah kita sepakati," imbuhnya.
Lebih lanjut, Erick dengan tegas menolak gagasan monopoli dalam bisnis BUMN karena tidak sesuai dengan peran BUMN sebagai penyeimbang dalam persaingan bisnis. Menurutnya, seluruh BUMN harus memiliki kemampuan untuk menjaga pasarnya dengan baik.
"Saya sangat menolak dengan gagasan-gagasan mungkin individu atau perusahaan yang menjadi tren winner takes all, atau mengejar market untuk dimonopoli. Kami berusaha keras menjadi kekuatan menyeimbangkan dengan bangun ekosistem bersama swasta dan seluruh organisasi yang berkepentingan untuk jaga fokus di masing-masing bisnis atau di masing-masing market," pungkasnya.
(ara/ara)