Pontang-panting Sopir Bus Saat Pandemi, Sempat Nganggur hingga Jadi Tukang Bakso

ADVERTISEMENT

Pontang-panting Sopir Bus Saat Pandemi, Sempat Nganggur hingga Jadi Tukang Bakso

Aulia Damayanti - detikFinance
Rabu, 30 Jun 2021 10:51 WIB
Pemerintah resmi melarang mudik Lebaran mulai 6-17 Mei 2021 dengan masa pengetatan 22 April-5 Mei dan 18-24 Mei. Hal ini membuat para sopir bus tak memiliki penghasilan. Sepertt terlihat di Terminal Cileungsi, Kabupaten Bogor.
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Pandemi COVID-19 telah berdampak kepada semua sektor, salah satunya sektor angkutan darat. Pengusaha mengaku jumlah penumpang hingga pendapatannya terus merosot akibat pembatasan yang dilakukan pemerintah. Hal ini akhirnya berimbas kepada sopir bus.

Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus, Kurnia Lesani Adnan mengatakan sepinya penumpang membuat jumlah operasional bus juga dikurangi. Banyak sopir bus yang kini banting setir karena tidak bisa bawa bus lagi.

"Kalau operasi bus berkurang ya akibatnya banyak sopir yang beralih pekerjaan, ada yang jual gorengan, warung, tetapi kebanyakan jadi sopir angkutan logistik, karena sektor itu yang masih berjalan," katanya kepada detikcom beberapa waktu lalu.

Dihubungi terpisah, salah satu sopir bus pariwisata bernama Asep mengaku kini menjadi sopir truk atau angkutan logistik. Asep yang telah menjadi sopir bus selama 20 tahun terpaksa mencari penghasilan lain untuk biaya keluarga. Dia bercerita sempat menganggur tiga bulan pada awal pandemi karena tiba-tiba operasi bus pariwisata sepi pesanan.

Asep mengatakan selama tiga bulan menganggur dia bersama istri berjualan bakso untuk pemasukan sementara. Selama tiga bulan tidak ada job dari bus pariwisata, Asep akhirnya melamar ke perusahaan logistik.

"Awal pandemi saya tunggu dulu selama 2 sampai 3 bulan nganggur dulu, masih nunggu-nunggu gitu, kami malah kebobolan jadi nggak ada biaya hidup. Cobalah ngelamar ke bos truk. Sebelum juga saya nganggur tiga bulan itu jualan bakso sama istri," kata Asep, saat dihubungi detikcom, Rabu (30/6/2021).

Namun, menurut bapak dua anak itu pemasukan menjadi sopir bus lebih besar dibandingkan menjadi sopir truk. Tapi hal ini terpaksa dilakukan Asep untuk menyambung hidup keluarganya.

"Penghasilan bus sm truk jauh, ya lumayan aja di truk buat nyambung hidup jalanin aja dulu. Kalau di bus saya masih bisa beli ini itu, ada buat tabungan juga, kalau di truk, hari ini dapat ya cepat habis, buat bayar kontrakan aja mpot-mpotan," jelasnya.

Sementara, supir bus lain bernama Egi yang telah menjadi sopir bus selama 9 tahun juga mengaku kini beralih menjadi sopir truk logistik. Dia mengatakan penghasilan bus dan truk jauh berbeda.

"Kalo dari sisi gaji kalo di truk itu nggak ada gaji, penghasilan saya dari sisa uang jalan kalo ada, kalo minim ya bisa nggak ada. Kalau bus kan per perjalanan dan juga itu kan sistem uang premi per harinya. Tetapi pandemi ini datang ya udah pasrah," katanya.

Dia pun berharap pemerintah memberikan bantuan kepada sektor bus pariwisata. Menurutnya imbas kepada sopir bus paling fatal karena tidak ada pemasukan sama sekali.

"Kami para sopir bus paling fatal terkena imbasnya, dan batuan sama sekali nggak ada sama sekali. Kami kan cari makan buat besok ya kita nyarinya sekarang. Sekarang ini ya nol besar bantuannya. Untuk pemerintah kalau ada bantuan untuk dipikirkan juga untuk supir bus pariwisata," pungkasnya..



Simak Video "Satgas Prediksi Kasus Covid-19 Melandai di Bulan Juli"
[Gambas:Video 20detik]
(ang/ang)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT