Mall tutup jam 5 sore menjadi salah satu bocoran aturan dalam pengetatan kegiatan sosial ekonomi pada kebijakan PPKM Darurat. Kebijakan ini akan diambil demi menekan lonjakan kasus COVID-19.
Ekonom menilai, selain di mal, kegiatan jual beli di pasar juga perlu pembatasan agar upaya pemerintah dalam penanganan pandemi COVID-19 lebih efektif.
"Perlu ada pembatasan juga. Meskipun pasar tempat esensial, jumlah pembeli harus dibatasi agar tidak menimbulkan kerumunan. Bukan hanya pasar ya saya kira antrean vaksinasi juga harus diatur agar tidak timbul klaster baru. Jadi harus ada pembatasan yang efektif," Direktur Celios (Center of Economic and Law Studies) Bhima Yudhistira, Rabu (30/6/2031)..
Bhima mengatakan, kebijakan tersebut tentu berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Tetapi, para ekonom juga menyatakan, PPKM akan sia-sia saja jika penularan COVID-19 semakin tinggi.
"Menurut saya kalo kasus hariannya tidak mengalami penurunan signifikan untuk PPKM darurat yang skalanya lebih ketat lagi maka yang terjadi justru ekonomi lebih menurun lagi di kuartal III-2021," jelasnya.
Sementara itu, Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan juga mengatakan hal serupa. Menurutnya, opsi lockdown lebih baik ketimbang PPKM darurat.
"Pembatasan operasional tidak akan efektif dan masalahnya terhadap ekonomi akan semakin buruk. Karena kelas menengah atas tidak berani ke mal, apalagi kalau kasusnya tidak turun. PPKM akan gagal dan akan panjang, dua minggu lockdown kenapa? Karena dua minggu itu masa virus habis ditambah lagi du minggu akan memutus mata rantai," kata Anthony.
Simak video 'Pasar Hewan Tasikmalaya Mulai Ramai, Pedagang-Pembeli Abai Prokes':
Lanjut ke halaman berikutnya soal saran ekonom terhadap PPKM Darurat.
(fdl/fdl)