Menanggapi soal panic buying yang kini tidak terlihat di supermarket jelang PPKM Darurat, Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan mengatakan masyarakat sudah belajar dari pengalaman tahun lalu dan sudah mengalami pembatasan jadi sudah memahami kondisi.
"Masyarakat sudah belajar dari pengalaman tahun lalu bahwa supply secara keseluruhan cukup terjaga. Masyarakat sudah mengalami PSBB, jadi sudah mengerti," ujarnya.
Dia mengatakan saat ini panic buying masyarakat itu terhadap alat kesehatan hingga obat-obatan, terkhusus untuk pengobatan COVID-19.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Panic buying dipicu kalau masyarakat merasa supply terbatas. Selected goods masih mengalami panic buying saat ini, seperti tabung oksigen, obat tertentu, khususnya terkait alat dan obat untuk yang terkena COVID-19," katanya.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah mengingatkan masyarakat tidak perlu panik karena PPKM Darurat ini hanya diberlakukan 17 hari dan pasar tidak tutup selama aturan itu. Masyarakat juga bisa membeli sembako secara online.
"Yang melakukan panic buying hanya orang-orang egois. Saya yakin tidak akan terjadi. Tidak ada alasan untuk panic buying. PPKM darurat ini tidak menutup semua pasar. Masyarakat bisa beli sembako secara online persediaan sangat cukup. PPKM darurat juga hanya 17 hari tidak ada yg perlu bikin panik," ungkapnya.
(eds/eds)