Keberadaan pondok pesantren merupakan berkah yang luar biasa bagi pengembangan ekonomi di Indonesia. Demikian diungkapkan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Banten Erwin Soeriadmaja dalam Seminar Nasional terkait Pengembangan Ekonomi dan Bisnis Pesantren di Indonesia.
Event yang sekaligus merupakan rangkaian Road to Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) yang akan diadakan pada bulan September mendatang ini di hadiri oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Nizar, Designer Pembina Industri Kreatif Amy Atmanto dan Pengurus Pusat Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) dan Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Banten, M. Yusuf.
Direktur Keuangan Syariah, Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Ahmad Juwaini, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Timur Mas Purnomo Hadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut Kepala Perwakilan Bank Indonesia Banten, Erwin Soeriadimaja mengatakan, terdapat 6 prinsip utama dalam pengembangan pesantren, yaitu yang pertama ekonomi syariah harus mampu memberi kontribusi nyata terhadap penguatan ekonomi masyarakat dan nasional.
Kedua, ekonomi syariah merupakan arus baru pertumbuhan eknomi melalui peningkatan kapasitas pesantren dan potensi ekonomi lokal guna pertumbuhan yang inklusif, ketiga pemberdayaan pesantren harus bersifat end to end dari hulu ke hilir.
Kemudian yang keempat pembuatan peta jalan (road map) kemandirian pesantren antara lain melalui replikasi model bisnis, virtual market, dan holding business pesantren, kelima melalui peningkatan akses pesantren baik akses pasar, keuangan, maupun digitalisasinya serta keenam melalui pembangunan pesantren dengan memperkuat infrastuktur dan kelembagaan.
Sejalan dengan itu, Desainer Pembina Industri Kreatif yang juga Pengurus Pusat MES (Masyarakat Ekonomi Syariah) Amy Atmanto menerangkan bahwa Pesantren di Indonesia merupakan potensi besar untuk pengembangan ekonomi syariah.
"Bayangkan, Indonesia mempunyai sekitar 28.194 ribu pesantren dengan sekitar 18 juta orang santri, sehingga santri berpotensi menjadi penggerak ekonomi kerakyatan, ekonomi syariah dan UMKM," kata dia.
Penguatan ekonomi pesantren menjadi salah satu kunci menggerakan ekonomi syariah nasional. Di samping itu pesantren juga merupakan pasar dan juga memiliki potensi ekonomi yang besar dalam hal pemenuhan kebutuhan santri diantaranya: Sandang, Pangan, & Energi sehingga dapat menjadi motor penggerak ekonomi kerakyatan, ekonomi syariah dan UMKM.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, Pasar domestik Fashion Indonesia no 3 terbesar di dunia dengan nilai 21 billion dollar yang merupakan potensi pasar penyerapan produk pesantren.
Baca juga: Santri Bisa Jualan Rumah, Bagaimana Caranya? |
Potensi peluang export Indonesia juga terbuka luas ke Saudi Arabia, Pakistan, UAE, Eropa Selatan, Negara Eropa Timur, Asia Selatan (Pakistan, Bangladesh, India..) misalnya berupa produk fashion lokal berkelas dunia melalui pembinaan karya oleh para professional dibidangnya sehingga menjadi sebuah produk berkelas dunia dalam bentuk modest fashion dan hijab.
Indonesia berada pada 10 peringkat teratas sektor Modest Fashion, halal food, Islamic finance muslim friendly travel, pharma cosmetics, media & recreation berdasarkan State.
Adapun hambatannya antara lain pesantren adalah lembaga pendidikan bagi anak-anak usia sekolah. Hal ini menimbulkan kendala praktis dilapangan sehingga diperlukan strategi yang tepat untuk pemberdayaan ekonomi pesantren.
(hal/dna)