Banyak guru yang melarikan diri dari Lebanon akibat krisis ekonomi yang melanda negara tersebut. Chryssoula Fayad adalah salah satu guru yang melakukan eksodus.
Dia menghabiskan hampir dua dekade mengajar sejarah dan geografi di sekolah-sekolah elit Prancis di Lebanon, hingga mengepalai departemen. Meskipun keadaannya sulit, dia tidak menyesal.
"Saya selalu mengucapkan terima kasih kepada Tuhan bahwa kami memiliki kesempatan untuk datang ke sini," demikian dilansir Reuters, Jumat (9/7/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sayangnya saya tahu saya membuat keputusan yang tepat ketika saya melihat bagaimana keadaan di Lebanon sekarang," sambungnya.
Sektor pendidikan Lebanon yang dihargai di seluruh Timur Tengah sebagai pemimpin regional pernah menduduki peringkat ke-10 secara global berdasarkan Laporan Daya Saing Global atau Global Competitiveness Report dari Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum).
Sekarang tidak jelas bagaimana sekolah-sekolah di Lebanon akan kembali beroperasi ketika tahun ajaran baru dimulai pada bulan Oktober.
"Ketika krisis meletus pada tahun 2019, itu mengejutkan sektor pendidikan," kata Rene Karam, kepala Asosiasi Guru Bahasa Inggris (ATEL) di Lebanon.
Pada awalnya, beberapa sekolah swasta memberhentikan guru bergaji lebih tinggi, sekitar 30% staf untuk menghemat uang. Tetapi seiring berjalannya waktu, banyak guru sekolah lain pergi atas kemauan mereka sendiri, dengan setengah dari 100 guru di asosiasinya sekarang berada di Irak, Dubai, dan Oman.
Gaji mulai dari 1,5 juta pound Lebanon per bulan sekarang bernilai kurang dari US$ 90. "Kami benar-benar berada dalam krisis," katanya.
Setiap sekolah kehilangan puluhan guru. Cek halaman berikutnya.