Melihat Lebanon di Masa Keemasan Sebelum Krisis Mencekam Bak Neraka

Melihat Lebanon di Masa Keemasan Sebelum Krisis Mencekam Bak Neraka

Trio Hamdani - detikFinance
Jumat, 09 Jul 2021 17:32 WIB
Flag of Lebanon at the Crusader Castle in Byblos
Lebanon/Foto: Getty Images/iStockphoto/Leonid Andronov
Jakarta -

Lebanon kini menjadi 'neraka' bagi penduduknya akibat krisis ekonomi berkepanjangan. Tentu saja negara ini pernah menjadi surga bagi warganya sebelum terjadinya perang.

Ketika Lebanon mendeklarasikan kemerdekaan pada tahun 1943, Prancis sempat mencoba menggagalkannya dengan memenjarakan pemerintah barunya, memprovokasi pemberontakan yang justru menjadi momen langka persatuan nasional.

Di bawah Pakta Nasional Lebanon, disepakati bahwa presiden harus seorang Maronit, perdana menteri seorang Muslim Sunni, dan ketua parlemen seorang Muslim Syiah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tahun-tahun pasca-kemerdekaan pun membawa tanda-tanda yang menjanjikan bagi negara ini. Demikian dilansir Reuters, Jumat (9/7/2021).

Salim Haidar, dengan gelar doktor dari Sorbonne merancang undang-undang anti-korupsi pertama Lebanon pada tahun 1953.

ADVERTISEMENT

Itu menjadi tanda bahwa Lebanon benar-benar berdaulat, bahkan dalam masalah hukum dan konstitusional walaupun pada akhirnya undang-undang tersebut tak pernah diterapkan dengan benar.

Tahun 1960-an secara luas dipandang sebagai masa keemasan Lebanon. Pariwisata berkembang pesat, sebagian besar dari dunia Arab. Sebuah adegan budaya teater, puisi, bioskop, dan musik berkembang.

Pengunjung terkenal termasuk Brigitte Bardot. Festival Internasional Baalbeck yang terletak di tengah reruntuhan kuno di Lembah Bekaa sedang dalam masa kejayaannya.

Kejayaan Lebanon tak berlangsung lama. Cek halaman berikutnya.

Sayang, kejayaan tersebut tak bertahan lama bagi Lebanon. Untuk semua kemewahan, politik sektarian membuat banyak bagian Lebanon terpinggirkan dan miskin, memberikan lahan subur bagi perang saudara 1975-1990. Itu lah yang dikatakan Nadya Sbaiti, asisten profesor Studi Timur Tengah di American University of Beirut.

"Sisi lain tahun 1960-an bukan hanya aktor Hollywood dan Festival Baalbeck, tetapi termasuk pelatihan gerilya di bagian pedesaan negara itu," katanya.

Lebanon kemudian diterpa 'badai' ketika Israel pada tahun 1948 menggiring sekitar 100.000 pengungsi Palestina melarikan diri melewati perbatasan ke Lebanon.

Pada tahun 1968, pasukan komando Israel menghancurkan selusin pesawat penumpang di bandara Beirut, sebagai tanggapan atas serangan terhadap sebuah pesawat Israel oleh kelompok Palestina yang berbasis di Lebanon.

"(Serangan itu) menunjukkan kepada kami bahwa kami bukan negara. Kami adalah taman bermain internasional," kata Salim Haidar, yang menjabat sebagai anggota parlemen saat itu.

Sejak saat itu, perang terus berkecamuk, diperparah dengan pemerintahannya yang bobrok sehingga Lebanon mengalami malapetaka berkepanjangan.


Hide Ads