Menkop Sebut Gagasan Bung Hatta Penting untuk Pengembangan Koperasi

Menkop Sebut Gagasan Bung Hatta Penting untuk Pengembangan Koperasi

Yudistira Perdana Imandiar - detikFinance
Selasa, 13 Jul 2021 20:14 WIB
Kemenkop UKM
Foto: Dok. Kemenkop UKM
Jakarta -

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyebut banyak gagasan dari Bung Hatta yang dapat dikaji untuk mendukung pengembangan koperasi saat ini. Pemikiran Bung Hatta, menurut Teten, memberi wawasan berharga bagaimana idealnya koperasi dibangun dan dikembangkan.

Hal itu diungkapkannya pada acara webinar Bedah Buku Karya Lengkap Bung Hatta (KLBH) 'Gerakan Koperasi dan Perekonomian Rakyat' yang diselenggarakan Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Senin (12/7).

Teten mengulas tulisan Bung Hatta banyak membahas tentang individualitas dan solidaritas sebagai esensi dari koperasi. Setiap orang/individu dapat memberdayakan dirinya sendiri (self help) melalui kerja sama (berko-operasi), dan memiliki solidaritas tinggi antara satu dengan yang lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Koperasi memiliki karakteristik khas sebagai suatu sistem nilai, falsafah, dan organisasi yang bekerja untuk mewujudkan kesejahteraan bagi anggotanya meskipun banyak permasalahan yang timbul, baik dari sisi tata kelola organisasi, usaha, ataupun bisnis," urai Teten dikutip dalam keterangan tertulis, Selasa (13/7/2021).

Bung Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia, lanjut Teten, menekankan koperasi tidak hanya berperan sebagai lembaga ekonomi, namun juga sebagai lembaga pendidikan yang salah satunya terkait pendidikan antikorupsi bagi anggota.

ADVERTISEMENT

"Semangat berkoperasi ditranslasikan sebagai bentuk resistensi terhadap praktik individualisme dan kapitalisme. Di mana dalam usaha koperasi, prinsip kekeluargaan dan gotong royong menjadi dasar guna mencapai kesejahteraan bersama," jelas Teten.

Di sisi lain, Teten mengamini banyak permasalahan yang dihadapi koperasi sehingga cita-cita untuk mewujudkan koperasi sebagai sokoguru ekonomi Indonesia belum tercapai.

"Karena koperasi belum sepenuhnya menjadi pilihan utama kelembagaan ekonomi rakyat," sebut Teten.

Mantan Kepala Staf Kepresidenan itu menuturkan perlu peningkatan partisipasi anggota, indeks pembangunan manusia, dan ekosistem usaha yang mendukung agar koperasi menjadi lembaga usaha pilihan masyarakat. Ia menjabarkan partisipasi masyarakat Indonesia untuk menjadi anggota koperasi masih rendah, hanya 8,41%, masih di bawah rata-rata dunia yang mencapai 16,31%.

Namun, ada juga daerah yang tingkat partisipasi masyarakatnya untuk menjadi anggota koperasi cukup tinggi, seperti di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Kalimantan Barat.

"Saya ingin mengajak LP3ES untuk meneliti mengapa di Provinsi NTT dan Kalimantan Barat tingkat keinginan masyarakat untuk berkoperasi cukup tinggi," ungkap Teten.

Ia mencontohkan banyak koperasi yang sukses, bukan hanya sebagai lembaga usaha, juga sebagai entitas sosial bagi anggotanya. Di antaranya adalah Koperasi Produsen Baitul Qiradh Baburrayyan, yang menguasai pasar ekspor 345,6 ton Kopi Arabica Gayo ke pasar Amerika Serikat dan Eropa.

"Ini satu-satunya koperasi yang memiliki akses penjualan kopi langsung ke Starbucks," kata Teten.

Koperasi sukses lainnya menurut Teten, yakni Koperasi Telekomunikasi Seluler (Kisel) yang pada 2018 menduduki peringkat 94 dari 300 koperasi besar dunia. Ia menyatakan Kisel dapat menjadi prototype koperasi modern dengan diversifikasi usaha tinggi dan memiliki 5 anak usaha berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang bergerak di bidang penyaluran tenaga outsourcing, MICE, office support, infrastruktur, telekomunikasi, dan digital business solution.

Ada juga Koperasi Benteng Mikro Indonesia yang tidak hanya sukses membesarkan bisnis/usaha, namun juga memberikan kontribusi sosial yang besar melalui program Hibah Rumah Siap Huni/HRSH. Dari tahun 2015 hingga akhir Maret 2021 sebanyak 293 rumah diserahkan kepada anggota dan non anggota.

Teten menegaskan upaya rebranding koperasi sebagai entitas bisnis yang modern, kontributif, dan kompetitif, terus dillakukan melalui beberapa strategi pengembangan koperasi. Termasuk di antaranya, pengembangan model bisnis koperasi melalui korporatisasi pangan, pengembangan factory sharing dengan kemitraan terbuka agar terhubung dalam rantai pasok, hingga pengembangan Koperasi Multi Pihak.

"Juga, penguatan kelembagaan dan usaha anggota koperasi melalui strategi amalgamasi atau spin off dan split off," imbuhnya.

Di samping itu, dilakukan juga pengembangan korporatisasi pangan melalui koperasi, bersinergi dengan K/L, Pemerintah Daerah, mitra, dan stakeholders lainnya untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Hal itu sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo di akhir tahun 2019.

Teten menambahkan beberapa program korporatisasi melalui koperasi yang sedang dikembangkan antara lain pengembangan komoditas kacang koro di Sumedang, sayur-mayur dan buah-buahan di Ciwidey-Jawa Barat, komoditas pisang di Tanggamus-Lampung, Bener Meriah-Aceh, Lumajang-Jawa Timur, dan Garut-Jawa Barat. Program tersebut dijalankan melalui kerja sama dengan Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pemerintah Daerah, dan PT Great Giant Pineapple.

Sementara itu, lanjut Teten, pengembangan komoditas udang Vaname di Muara Gembong, Bekasi (Jawa Barat) dan udang Windu di Pinrang (Sulawesi Selatan) dijalankan lewat kerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Berikutnya, pengembangan peternakan sapi perah dan susu di Batu, Malang (Jawa Timur) dan Pengalengan, Bandung (Jawa Barat) bekerja sama dengan K/L dan Industri Pengolahan Susu (IPS).

"Selain itu, ada pengembangan komoditas ayam dan telur yang bekerja sama dengan Kementerian Pertanian. Perlu dilakukan pengembangan industri peternakan melalui koperasi di wilayah-wilayah dengan kasus stunting tinggi," sambung Teten.

Teten meyakini, dengan membaca buah pemikiran Bung Hatta dapati diperoleh inspirasi dan wawasan pengembangan koperasi yang sesuai dengan pemikiran dan semangat awalnya.

Rakyat Mandiri

Dalam kesempatan yang sama, Prof. Meutia Hatta selaku perwakilan dari Keluarga Bung Hatta mengutarakan, Bung Hatta menganggap membangun ekonomi rakyat adalah hal prioritas. Hal itu bertujuan mengangkat martabat rakyat dan menjadikan rakyat mandiri. Ia pun mengutip kalimat Bung Hatta pada halaman 19-20 dari buku 6 KLBH, yakni rahasia koperasi terletak pada dua tiang, yaitu solidaritas dan individualitas.

"Jika hilang salah satu dari kedua itu, tidak sempurna jalannya," cetus Meutia.

"Keduanya tidak didapat seperti itu saja, melainkan dengan didikan," tegasnya.

Sementara itu, Dewan Redaksi Buku Karya Lengkap Bung Hatta Emil Salim menerangkan gagasan yang diambil Bung Hatta adalah bangunan ekonomi bukan PT, tetapi koperasi. Adapun dalam koperasi didasarkan suatu semangat gotong royong, semangat masyarakat.

"Lahirlah gagasan koperasi sebagai usaha bersama, yang membangun kesejahteraan bersama bukan untuk modal melainkan kebersamaan dan gotong royong, kata Bung Hatta," terang Emil.




(akn/hns)

Hide Ads