Orang Kaya Nggak Kebal Corona, Rumah Mewah-Moge Diobral

Orang Kaya Nggak Kebal Corona, Rumah Mewah-Moge Diobral

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 14 Jul 2021 20:00 WIB
Ilustrasi Rumah Mewah, maket rumah mewah, rumah 2 lt,
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Motor gede alias moge jadi aset mewah berikutnya yang dijual orang-orang kaya di tengah pandemi. Sebelumnya, orang-orang kaya ramai-ramai menjual rumah hingga apartemen mewah.

Menurut pegiat komunitas moge, Munawar Chalil yang juga Group Editor in Chief Carvaganza mulai banyak orang kaya menjual mogenya. Dia mengaku hampir setiap hari di grup-grup WhatsApp bermunculan tawaran moge dari kawan-kawannya di komunitas moge.

"Ini nyata, Harley banyak yang dijual, setiap hari di WA grup, banyak yang for sale," kata Munawar, dilansir dari CNBC Indonesia, Rabu (14/7/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berbagai alasan diungkapkan, kebanyakan menurut Munawar, moge dijual demi memenuhi kebutuhan hidup dan usaha. Ada juga yang menjual moge demi menghindari pembayaran pajak, dia menilai biaya pajak moge yang besar jelas akan menjadi beban di tengah kondisi sulit seperti ini.

"Mungkin ada yang butuh uang, mereka butuh hidupkan karyawan dan keluarga juga. Ada juga sebelum mereka jual, awalnya nggak bayar pajak dulu, tahu kan pajak moge nggak ada yang murah. Ternyata sudah dua kali nggak bayar pajak, lalu ngapain juga tahan-tahan, daripada nongkrong di garasi, mending jual saja," papar Munawar.

ADVERTISEMENT

Nah sepekan ke belakang, orang kaya juga jadi bahan perbincangan saat mulai menjual propertinya. Rumah mewah hingga apartemen mulai dijual di tengah pandemi.

Hal itu pun diamini oleh Ketua DPD Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) DKI Jakarta Clement Francis. Menurutnya, di tengah pandemi ini memang fenomena menjual rumah lebih banyak terjadi. Dia enggan memukul rata apa masalahnya. Namun, memang di tengah pandemi banyak keperluan yang lebih penting yang mesti dipenuhi.

"Di tengah kondisi begini memang lebih banyak yang mau jual daripada mau beli. Dari segi faktor kita nggak bisa judge, tetapi kondisi ini mungkin ada orang mau menyisikan uang untuk keperluan lain gitu," ungkap Clement kepada detikcom, Selasa (6/7/2021).

Dia juga menduga bisa saja ada orang yang bisnisnya berkinerja buruk di tengah pandemi maka menjual rumah untuk membantu bertahan. "Kita nggak tahu apa yang terjadi dengan usahanya orang juga kan di tengah pandemi ini, mungkin dia lagi down, jual rumah," ungkapnya.

Di sisi lain, Senior Associate Director Colliers International Indonesia, Ferry Salanto mengatakan saat ini juga banyak pemilik apartemen mewah yang menjual unitnya. Dia menduga pendapatan dari apartemen-apartemen ini sudah mulai menipis, makanya banyak dijual.

Biasanya, apartemen ini disewakan, khususnya kepada ekspatriat yang bekerja di Jakarta. Namun, saat ini pasar penyewanya berkurang. Maka dari itu opsi penjualan apartemen mulai banyak dilirik.

"Mereka mengharapkan sewa, income juga susah, sehingga banyak apartemen yang dijual. Orang yang punya unit, khawatir apartemennya jadi tambahan cost, maka orang mau jual," papar Ferry dalam diskusi virtual dengan Colliers Indonesia, Rabu (7/7/2021).

Melihat fenomena yang terjadi, apakah hal ini jadi bukti orang kaya pun tidak kebal pandemi? Lanjut di halaman berikutnya.

Menurut ekonom Bank Permata Josua Pardede, fenomena ini tidak bisa dilihat secara luas, dia menilai hal ini terjadi hanya kepada segelintir orang kaya saja. Tapi, dia tak memungkiri masih banyak juga orang kaya saat ini kekurangan uang untuk memenuhi kebutuhannya.

"Memang ini terjadi tapi nggak bisa dilihat secara makro, sebagian orang aja mungkin. Bisa jadi dia butuh cash ya dijual. Fenomena ini nggak bisa digeneralisir, tapi harus dilihat secara mikro," ungkap Josua ketika dihubungi detikcom.

Bila dilihat secara umum, menurutnya pendapatan per kapita masyarakat Indonesia memang turun, bahkan sampai harus turun kelas jadi negara berpenghasilan menengah ke bawah. Hal itu menyiratkan bahwa penghasilan semua golongan, baik orang kaya dan miskin berkurang.

Saat ini yang mesti dilakukan orang kaya hanya tinggal bagaimana mengelola keuangan yang lebih baik agar dapat bertahan.

"Tentu kan dilihat secara umum pendapatan per kapita kan memang turun, klasifikasi WB aja turun. Artinya ya semua secara umum pendapatan turun, kelas menengah atas pasti kena dampaknya juga. Tinggal bagaimana pengelolaan keuangannya saja bagaimana," kata Josua.

Josua menyatakan bisa jadi orang-orang kaya yang menjual aset mewah dari rumah sampai moge adalah pengusaha menengah dan sedang. Pengusaha-pengusaha seperti ini sedang berjuang mempertahankan usahanya dan memenuhi kebutuhannya.

"Kalau menurut saya bisa jadi ini pengusaha menengah dan sedang, ownernya ini karena pandemi ini kita hadapi belum selesai akhirnya ya jual aset-aset mewah itu untuk meringankan beban," ujar Josua.

Sementara itu, menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira saat ini muncul yang namanya fenomena divergensi di kelas menengah atas. Di satu sisi ada orang kaya yang hartanya terus bertambah, di sisi lain ada juga yang hartanya terus berkurang dan terancam turun kelas.

Orang-orang ini adalah pengusaha atau pebisnis yang masuk di sektor-sektor yang melemah karena pandemi. Perusahaan atau usahanya pun mengalami kinerja yang buruk dan berdampak ke penghasilan orang itu sendiri. Contoh mudahnya, sektor properti, retail, ataupun pusat perbelanjaan.

"Di satu sisi jumlah orang kaya di Indonesia bertambah selama pandemi. Tapi ada juga orang kaya yang turun kelas," kata Bhima kepada detikcom.

Menurut Bhima, saat ini orang-orang tersebut lebih baik memiliki uang secara cash ataupun instrumen investasi yang menguntungkan. Maka dari itu, untuk mengurangi beban, ada baiknya aset-aset yang kurang menghasilkan dijual.

"Untuk orang kaya yang berada di sektor yang salah ini, salah satu cara untuk bisa selamat adalah dengan pegang cash, kalau investasi pun ke instrumen yang benar-benar beri untung lebih tinggi," ungkap Bhima.


Hide Ads