Pemerintah Singapura kembali menerapkan 'lockdown' di sebagian wilayahnya selama kurang-lebih sebulan. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan ada 480 kasus komunitas yang terjadi di pusat finansial Asia itu.
Di hari yang sama, pemerintah Singapura mengatakan kembali memperketat pembatasan COVID-19 karena kasus terus meningkat. Termasuk melarang kegiatan makan di restaurant, membatasi jumlah maksimum orang yang diizinkan berkumpul dari sebelumnya maksimal 5 orang, kini menjadi 2 orang.
Lockdown atau pembatasan terbaru ini akan berlaku mulai Kamis, 22 Juli hingga 18 Agustus mendatang. Aturan tersebut berada di bawah situasi Fase II (peringatan tertinggi).
Kembali menjalankan 'lockdown', bagaimana kondisi ekonomi Singapura sejauh ini?
Melansir CNBC.com, Rabu (21/7/2021), ekonomi Singapura mengalami pertumbuhan pada laju tercepat pada kuartal pertama 2021. Pertumbuhan ini ekonomi Singapura ini dibantu oleh sektor manufaktur yang mengalami peningkatan lebih kuat dari perkiraan.
Meski memiliki tingkat pertumbuhan yang cukup signifikan pada kuartal I kemarin, pemerintah Singapura masih memproyeksikan tingkat pertumbuhannya pada 4% hingga 6% untuk 2021. Hal ini dilakukan mengingat ketidakpastian ekonomi masih dapat terjadi akibat dari pandemi Covid-19.
Secara kuartal-ke-kuartal, ekonomi Singapura tumbuh 3,1% - lebih cepat dari perkiraan pemerintah sebelumnya sebesar 2%.
Hingga saat ini, berdasarkan data terakhir dari Bank Dunia pada 2020 lalu, GDP atau produk domestik bruto dari Singapura mencapai US$ 340 miliar atau setara dengan Rp 4.930 triliun (dengan kurs Rp 14.500/dolar AS).
(hns/hns)